Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Semanggi Suroboyo-Lontong Balap Wonokromo, Kuliner Melegenda dari Surabaya

Diperbarui: 26 Mei 2021   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjual Semanggi Suroboyo (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Mohon ini jangan dianggap megedhut (sombong atau chauvinis) ya. Bangga juga sih jadi Arek Suroboyo (anak Surabaya). Perkenankan saya sedikit ngelantur

Entah bagaimana awal ceritanya, kata Suroboyo diplesetkan menjadi suro berarti : wani (berani) dan boyo artinya : utang (hutang). Jadi Suroboyo artinya : wani utang (berani hutang) jiahahaha. 

Terlepas dari guyonan (kelakar) itu yang pasti Surabaya oleh bangsa ini memang dijuluki sebagai kota pahlawan. Surabaya juga dipercaya oleh rakyat Jawa Timur sebagai ibu kota provinsinya. Satu lagi, meski nomer dua di Indonesia namun Surabaya juga dikukuhkan sebagai kota industri, dagang, maritim dan pendidikan atau dikenal sebagai Kota Indamardi. 

Provinsi Jawa Timur (Jatim) dikenal sebagai gudangnya wali (sunan atau pejuang Islam) karena memang 5 wali dari Wali Songo (wali sembilan) yang memperjuangkan dan mensyiarkan Islam di Pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya berasal dari Jatim.  

Di Surabaya sendiri selain menjadi asal Sunan Ampel juga terdapat pejuang Islam (sunan) lainnya yang bukan termasuk Wali Songo yaitu Sunan Bungkul (kompleks pusaranya berada di belakang Taman Bungkul Surabaya) dan Sunan Boto Putih (kompleks pusaranya berada di Pegirian Surabaya). 

Tak hanya menjadi gudangnya wali, Jatim khususnya kota buaya Surabaya juga menjadi gudangnya kuliner rek

Buktinya apa? Suatu ketika ada seorang tetangga yang berasal dari etnis Madura (maaf bukan bermaksud diskriminasi lho). Namanya juga tetangga, segala tingkah pola termasuk kuliner kesukaan kami mereka juga tahu. 

Tetangga tadi sempat rasan-rasan (bisik-bisik) dengan menggunakan bahasa Jawa Suroboyoan yang dikombinasikan dengan dialek Madura-an, isi pembicaraannya ialah : "Wong Suroboyo iku opo ae dipangan. Kewan nang sawah (kreco) yo dipangan. Seje ambek Wong Meduro, panganan-ne daging". 

Artinya kurang lebih, "Orang Surabaya apa saja dimakan, hewan sawah seperti siput kreco juga dimakan. Berbeda dengan orang Madura, makanannya daging (sapi atau kambing)

Dari kalimat rasan-rasan di atas kalau ditafsirkan maksudnya bahwa masyarakat Surabaya memiliki kesukaan terhadap kuliner yang beragam. Sampai-sampai, hewan seperti siput sawah atau sebagian masyarakat menyebutnya dengan istilah kreco juga dijadikan sumber makanan yang wuenak sekaligus bergizi. 

Jangankan siput sawah seperti kul dan kreco, semanggi atau yang bernama ilmiah Marsilea crenata dengan daya kreasi warga Surabaya disulap menjadi kuliner khas Surabaya sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline