Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Semanggi Suroboyo-Lontong Balap Wonokromo, Kuliner Melegenda dari Surabaya

26 Mei 2021   22:27 Diperbarui: 26 Mei 2021   22:31 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Semanggi Suroboyo (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Mohon ini jangan dianggap megedhut (sombong atau chauvinis) ya. Bangga juga sih jadi Arek Suroboyo (anak Surabaya). Perkenankan saya sedikit ngelantur. 

Entah bagaimana awal ceritanya, kata Suroboyo diplesetkan menjadi suro berarti : wani (berani) dan boyo artinya : utang (hutang). Jadi Suroboyo artinya : wani utang (berani hutang) jiahahaha. 

Terlepas dari guyonan (kelakar) itu yang pasti Surabaya oleh bangsa ini memang dijuluki sebagai kota pahlawan. Surabaya juga dipercaya oleh rakyat Jawa Timur sebagai ibu kota provinsinya. Satu lagi, meski nomer dua di Indonesia namun Surabaya juga dikukuhkan sebagai kota industri, dagang, maritim dan pendidikan atau dikenal sebagai Kota Indamardi. 

Provinsi Jawa Timur (Jatim) dikenal sebagai gudangnya wali (sunan atau pejuang Islam) karena memang 5 wali dari Wali Songo (wali sembilan) yang memperjuangkan dan mensyiarkan Islam di Pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya berasal dari Jatim.  

Di Surabaya sendiri selain menjadi asal Sunan Ampel juga terdapat pejuang Islam (sunan) lainnya yang bukan termasuk Wali Songo yaitu Sunan Bungkul (kompleks pusaranya berada di belakang Taman Bungkul Surabaya) dan Sunan Boto Putih (kompleks pusaranya berada di Pegirian Surabaya). 

Tak hanya menjadi gudangnya wali, Jatim khususnya kota buaya Surabaya juga menjadi gudangnya kuliner rek. 

Buktinya apa? Suatu ketika ada seorang tetangga yang berasal dari etnis Madura (maaf bukan bermaksud diskriminasi lho). Namanya juga tetangga, segala tingkah pola termasuk kuliner kesukaan kami mereka juga tahu. 

Tetangga tadi sempat rasan-rasan (bisik-bisik) dengan menggunakan bahasa Jawa Suroboyoan yang dikombinasikan dengan dialek Madura-an, isi pembicaraannya ialah : "Wong Suroboyo iku opo ae dipangan. Kewan nang sawah (kreco) yo dipangan. Seje ambek Wong Meduro, panganan-ne daging". 

Artinya kurang lebih, "Orang Surabaya apa saja dimakan, hewan sawah seperti siput kreco juga dimakan. Berbeda dengan orang Madura, makanannya daging (sapi atau kambing). 

Dari kalimat rasan-rasan di atas kalau ditafsirkan maksudnya bahwa masyarakat Surabaya memiliki kesukaan terhadap kuliner yang beragam. Sampai-sampai, hewan seperti siput sawah atau sebagian masyarakat menyebutnya dengan istilah kreco juga dijadikan sumber makanan yang wuenak sekaligus bergizi. 

Jangankan siput sawah seperti kul dan kreco, semanggi atau yang bernama ilmiah Marsilea crenata dengan daya kreasi warga Surabaya disulap menjadi kuliner khas Surabaya sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun