Lihat ke Halaman Asli

Purple Code

Diperbarui: 4 Mei 2023   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sret... sreet... tililiiitttt...!" berkali-kali Daffa menyentuh layar hologram di depannnya. Tapi tak ada hal yang bisa menyingkirkan kebosanannya. Berita yang muncul dari ae-tube (aplikasi yang berisi video dan musik -red) masih seputaran kabar menghilangnya Princess Sharon.

"Niiit...niit...!" Daffa menekan tombol pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Es teh manis, gulanya dua sendok, esnya jangan terlalu banyak!" perintah Daffa melalui sebuah microphone kecil yang menyatu dengan layar jam tangannya. Tak lama, terdengar suara pintu bergeser diikuti suara berisik.

"Es...es teh manissss... gula dua sendok... es jangan banyak...!"  suara berisik itu sahut menyahut dengan suara musik yang terdengar tak beraturan.

"Stop!" perintah Daffa lagi setengah berteriak di dekat jam tangannya. Lalu tiba-tiba suara berisik itu berhenti.

"Haah...aku harus memperbaiki lagi robot sialan ini!" sungut Daffa kesal sambil mendekat ke sebuah robot yang tingginya tak lebih dari pinggangnya. Robot itu membawa sebuah nampan yang berisi es teh manis pesanan Daffa.

"Sruuttt...!" Daffa menyeruput es teh manis sampai nyaris tak bersisa. Terasa tenggorokannya menjadi lebih segar. Daffa kembali menyalakan layar hologram melalui tombol yang ada di jam tangannya. Kemudian jarinya menyentuh salah satu aplikasi yang tertera dalam layar itu. Seharian ini, sudah 20 film yang dia tonton tapi Daffa masih bosan. Kamar tidurnya yang berukuran 4x4, nampak dingin. Dindingnya berwarna pualam semakin menambah kesan dingin dari kamar itu, padahal lampu LED yang tertanam di langit-langit kamar menyala begitu terang.

"Elu gak silau pake lampu kamar seterang ini?" protes Cody sewaktu dia main ke rumahnya. Cody terheran-heran dengan pilihan Daffa akan lampu di kamarnya. Daffa hanya tersenyum menanggapi protes Cody.

Entahlah, Daffa juga tak tahu alasannya kenapa dia begitu menyukai terang. Kata Ibu, dari sejak bayi Daffa selalu menjerit ketakutan kalau ruangan di dalam rumahnya gelap. Bahkan berkali-kali Daffa kecil seketika meronta dan menjerit saat gerbong Hyperloop (sebuah kereta berkecapatan tinggi -red) atau flying car yang ditumpanginya masuk kedalam terowongan. Sampai sekarang ketakutan ini masih Daffa rasakan, meski mau tidak mau, dia harus menekan rasa takut itu saat dia berada diluar rumah.

Daffa ingat, waktu pertama kali dia mengikuti praktek robotech di sekolahnya. Pak Royan guru robotech, tiba-tiba mematikan lampu laboratorium pada saat menerangkan materi yang ada dalam infocus. Sekonyong-konyong Daffa menjerit tanpa dia sadari. Tentu saja seisi kelas heran dan kesal melihat tingkah Daffa. Dan karena hal itu, teman-temannya menganggap dia aneh dan tidak ada dari mereka yang mau berteman dengannya. Untungnya masih ada Cody, satu-satunya teman di kelasnya yang masih mau bermain dengannya meski terkadang Cody pun suka tercengang melihat keajaiban Daffa.

"... kabar terakhir yang berhasil kami himpun dari saksi mata yang melihat Princess Sharon, ada sebuah flying car berwarna hitam keluar dari mansion dimana Princess Sharon tinggal..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline