Lihat ke Halaman Asli

Mateus Hubertus Bheri

Menulis Itu Seni

Mendengar Itu sama Halnya Kita Membaca Dua Kali

Diperbarui: 9 Februari 2020   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Lebih mudah bagi kita untuk lebih berbicara banyak ketimbang mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain pada diri kita. Dalam benak, kita selalu berkata bahwa  mendengar itu pekerjaan yang membosankan seperti menunggu.

Bahkan hampir setiap orang memanfaatkan setiap momen agar disposisikan sebagai pembicara ataupun narasumber agar terlihat keren. Beda sama orang yang betul tulus untuk berbagi agar apa yang dibagikan itu menjadi sumber pengetahuan bagi orang lain.

Ya, itulah hakekat manusia, lebih suka berbicara banyak ketimbang mendengarkan. Syukur, kalau apa yang dibicarakan itu mengandung makna dan pengetahuan bagi sipendengar. 

Dalam ilmu komunikasi, orang yang menyampaikan pesan (pembicara) disebut komunikator. Sedang penerima pesan (pendengar) disebut komunikan. Sehingga antara komunikator dan komunikan, bilamana menginformasikan isi pesan secara berantai, harus sama-sama mendengar.

Sebenarnya menjadi pendengar itu pekerjaan yang mudah dan tidak terlalu berat untuk dikerjakan. Kalau dibandingkan dengan berbicara, yang menguras energi kita begitu banyak.

Namun pertanyaannya, mengapa orang lebih suka berbicara ketimbang mendengar?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, penulis mencoba mengajukan pertanyaan lainnya sebagai penghantar untuk menjawab pertanyaan diatas. Mengapa Tuhan menciptakan telinga pada manusia itu dua yaitu sebalah kiri dan kanan, sedangkan mulut cuman satu?

Secara akal pikiran, tentunya setiap kita mampu menjawab dengan berbagai cabang ilmu yang kita pelajari masing-masing. Bahkan pertanyaan tersebut seharusnya yang bisa menjawab adalah sipemilik atau empu dari yang menciptakan organ tubuh manusia yaitu Tuhan sendiri.

Berdasarkan analisa penulis, Tuhan menciptakan satu mulut dan dua telinga pada manusia agar manusia lebih banyak mendengarkan dua kali ketimbang berbicara. Artinya porsi manusia untuk berbicara cuman sekali, selebihnya ia harus lebih banyak mendengarkan.

Diera demokrasi dewasa ini, dimana setiap orang diberi ruang dan kesempatan yang sama untuk beribacara dan berpendapat akan menjadi kesulitan bagi manusia untuk lebih banyak mendengarkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline