Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Membangun Pustaka Ramah Anak

Diperbarui: 21 November 2019   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : readbrightly.com

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki aset tak terhingga, dari darat sampai lautan semua adalah aset negara. Namun, kekayaan alam ini tidak termanfaatkan dengan baik karena kurangnya sumber daya manusia yang mumpuni dibidangnya. 

Salah satu penghalang besar adalah rendahnya tingkat literasi di negara ini disebabkan kurangnya minat membaca. Keberadaan pustaka yang masih terbilang sedikit juga menjadi faktor penghambat berkembangnya minat baca bagi sebagian besar penduduk. 

Seharusnya disetiap desa ada satu pustaka yang ramah terhadap anak. Kenapa harus anak? Karena membangun minat membaca harus dimulai dari usia dini. Jika dari kecil anak tidak suka membaca maka saat besar sangat sulit membentuk kebiasaan membaca. 

Hampir rata-rata pustaka identik dengan orang dewasa. Maka tak heran buku yang tersedia juga kebanyakan buku orang dewasa. 

Di hampir setiap provinsi jarang sekali ada pustaka yang didesain khusus untuk anak. Padahal banyak anggaran yang bisa diplot untuk membangun Pustaka khusus anak. Jika saja setiap desa bisa memplot anggaran untuk membangun sebuah pustaka anak. Maka tentunya pustaka akan menjadi tempat favorit anak. 

Diluar negeri buku-buku untuk anak tersedia begitu banyak dan harganya lumayan murah. Ini salah satu cara membuat anak suka membaca. Di Indonesia, buku-buku khusus anak lumayan mahal sehingga hanya keluarga yang berduit yang berminat. 

Kurangi jam belajar, perbanyak waktu membaca

Rasanya anak-anak di Indonesia kebanyakan menghabiskan waktu didalam kelas. Dengan adanya sekolah full-time dari pagi ke sore, anak-anak malah akan lebih stres. Jam belajar seharusnya cukup sampai jam 12 siang saja. 

Jika setiap desa memiliki satu pustaka yang ramah anak, maka fokus belajar bisa diarahkan ke membaca. Misalkan, setiap anak diberikan kartu membaca dan diwajibkan membaca satu buku setiap hari maka akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan minat membaca. Nantinya, hasil bacaan bisa dijadikan nilai untuk laporan sekolah. Pasti lebih asik! 

Daripada rapor sekolah Fokus pada nilai dan ranking, alangkah bagusnya jika rapor berbentuk koleksi bacaan buku. Bagaimana caranya? Sekolah bisa bekerjasama dengan pustaka di desa-desa. 

Setiap buku bacaan yang dipinjam siswa bisa menjadi poin untuk siswa. Nantinya poin itu bisa ditukar dengan koleksi mainan. Semakin banyak buku yang dibaca semakin banyak poin yang diraih, dan tentunya semakin mudah mendapatkan mainan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline