Lihat ke Halaman Asli

Mencari Tuhan

Diperbarui: 31 Juli 2020   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

republika.co.id

Hatinya gelisah setiap melihat penduduk kampungnya setiap hari memahat batu membuat patung tuhan.

Mereka dengan bersungguh-sungguh membuat patung batu yang terbaik untuk dijadikan sesembahan. Setelah jadi patug-patung tersebut diletakkan di halaman rumah atau tempat-tempat yang menurut mereka terbaik untuk bersemayam patung tuhannya. Tidak sedikit seseorang membuat beberapa patung tuhan yang beraneka bentuk.

Mendapati keadaan seperti ini hati kecilnya menyangkal mana mungkin tuhan yang harus disembah dibuat oleh si penyembah.  Maka selepas senja dia berjalan ke tanah lapang di pinggiran desa. Dari sana dia bisa melihat jutaan bintang bersinar kerlap kerlip. Dipandanginya bintang itu dengan penuh kekaguman sampai pagi. Betapa kecewanya hatinya manakala matahari muncul bintang gemintang di langit hilang tak nampak lagi. 

Berarti bintang bukannlah tuhanku. Pastilah matahari yang bersinar lebih terang inilah tuhan. Hatinya kini terpaut kepada keperkasaan sang matahari yang bersinar lebih terang dari bintang sepanjang hari. Kembali hatinya menelan kekecewaan ternyata matahari yang dikiranya begitu perkasa itu juga menghilang meninggalkannya di malam hari.

Ketika rembulan muncul dengan sinarnya yang lembut hatinya tersentuh, pastilah ini tuhan yang begitu penuh dengan kasih sayang. Dia begitu gembira hatinya sepanjang malam di bawah sinar rembulan yang menenangkan kalbunya. Betapa semakin kecewa perasaannya melihat sinar bulan meredup dan kemudian hilang kalah dengan sinar matahari yang mencorong.

Ketiganya bukanlah tuhan, kata hatinya. Tuhan tidak akan meninggalkan umatnya di malam atau siang hari. Bagaimana kalau umatnya memerlukan tuhan di siang hari sementara tuhan ada di malam hari atau sebaliknya, bisik kalbunya. Tuhan seharusnya bersama umatnya setiap saat. 

Kegelisahan hatinya sampailah pada kesimpulan tuhan yang sesungguhnya adalah yang menciptakan manusia, bintang, matahari dan bulan serta bumi seisinya.  Tuhan tidak sama dengan makhluknya ialah Tuhan Yang Maha Esa !

Jkt, 310720

*Sebuah intisari dari khutbah Idul Adha 1414 H.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline