Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Setelah Senja (76): Senja yang Tak Indah

Diperbarui: 1 Mei 2021   04:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. lukisan.my.id

Akhir kehidupan kadangkala ditandai dengan kematian dan pergi untuk selamanya. Bisa jadi raga pergi dan tak pernah kembali, namun jiwa, impian, dan semangat tetap ada dan terus ada kekal selamanya di setiap raga yang mengenang kepergian itu. Senja memang penanda hari akan berakhir namun fajar di esok hari tetap membawa impian hari lalu.  

Langit cerah sudah mulai berganti gemerlapnya bintang malam. Seorang gadis kutu buku menyusuri jalanan malam tak berpenghuni. Sepeda tua dikayuhnya dengan perlahan. Mulai disadarinya bahwa kehidupan luar tak seindah bayangan. Mata sayupnya mulai menunjukan kekecewaan terhadap realita.

Revolusi zaman membuat dunia ini semakin kejam. Melukai hati gadis desa yang merantau. Kejadian di Menara Eiffel malam itu tidak bisa dilupakan. Rasa traumatik yang dalam membekas selamanya. Sebut saja nama gadis ini adalah Senja. Arti nama ini seharusnya menunjukan keindahan alami bak di pinggir sungai. Dengan lebatnya ilalang menambah bumbu keindahan. Namun, semuanya rusak dalam kejapan mata.

Hanya titik tanpa koma, pria itu mulai melangkah jauh. Kejam sekali! Segala cinta palsu telah membutakan mata Senja. Daun berguguran disertai lunturnya semangat senja. Penuh tekanan, depresi, muak rasanya! Tak terasa darah mulai menetes dari hidungnya. Koran bertinta hitam di genggamannya mulai bercorak merah. Tubuh Senja mulai terasa lemas tergeletak di jalan raya.           

Lingkaran kehidupan indah berwarna-warni tidak sejalan dengan realita lagi. Mata Senja mulai tertutup, tanda titik di cerita kehidupannya. Memang tragis! Setidaknya halaman depan dari buku kehidupan telah menunjukan kisah manis. Membuatnya tidak ingin lepas dari rantai masa lalu penuh kenangan. Teringat botol impian yang ditanamnya di rumah. Setidaknya mimpi untuk membuat cerita di Paris ini sudah tergapai.

Ilustrasi. www.pinterest.dk/lillysayvang

Perubahan peradaban manusia selalu memberi jejak pada masa lalu. Selalu memberi harapan pada masa depan. Namun nostalgia masa lalu tak akan pernah luntur di kehidupan yang baru. 

Kenyamanan pangkuan nenek di atas kursi goyang masih terngiang. Tangan kecil Senja menggenggam gelas berisi coklat panas. Mendengar ucapan nenek untuk fokus memanah pada target kehidupan. Walaupun tak sempat ia tuliskan di secarik kertas. Setidaknya ia mampu membisikan dari dalam hati. Nek, Senja sayang nenek walaupun alam memisahkan kita.

*WHy-GeV

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline