Lembaga perpustakaan perguruan tinggi mutlak menjadi katalis dalam proses komunikasi ilmiah. Perpustakaan sebagai lembaga yang menjadi penyedia sumber informasi ilmiah, harus mampu mengoptimalkan fungsinya untuk mendukung kegiatan riset. Perpustakaan dalam perguruan tinggi mempunyai tugas dalam diseminasi berbagai media komunikasi ilmiah baik tekstual dan elektronik agar optimal dimanfaatkan para peneliti. Perpustakaan akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam komunikasi ilmiah. Kini ditengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti istitusi-institusi di dunia berlomba-lomba mendirikan Repositori Institusi untuk mnyebarluaskan karya intelektual hasil civitas akademika di lingkungannya.
Crow dalam Institutional Repositories: Towards the Identification of Critical Success Factors karya Kathleen Shearer mendefinisikan beberapa karakteristik Repositori Institusi, antara lain:
OPEN ACCESS
Repositori institusi pada umumnya memiliki karakteristik open access, yaitu semua karya-karya yang terdapat dalam repository biasanya dapat di akses oleh khalayak umum, sehingga hal ini tentu memberikan kemudahan kepada pengguna terutama dalam proses pencarian informasi.
DIGITAL CONTENT
Konten dari repository institusi berbentuk digital. Seperti yang banyak di ketahui, bahwa tujuan dibuatnya repositori institusi adalah menghemat ruang untuk menyimpan karya-karya atau dokumen-dokumen ilmiah sekaligus mengurangi penggunaan kertas yang juga di rasa tidak ramah lingkungan atau paperless.
INTEROPERABLE
Tantangan yang ditimbulkan oleh penyimpanan dan penemuan kembali adalah bentuk pengorganisasian kegiatan penyimpanan dalam Repositori Institusi. Banyak dari institusi atau perguruan tinggi mengadopsi Model OAIS (Open Archival Information System) dan menjalankan konsep keseksamaan, khususnya yang berkaitan dengan pengolahan metadata. Hal ini dimaksudkan pada kemudahan pertukaran dan penggunaan pengetahuan yang mungkin tersebar dalam berbagai lokasi, dengan memakai protokol atau kesepakatan, misalnya protokol yang dikenal dengan nama The Open Archives Initiative's Protocol for Metadata Harvesting (OAI-PMH). Pada saat sebuah repositori mengikuti standar OAIM-PMH maka mesin-mesin permanen (harvesters) yang dijalankan dapat mengumpulkan informasi metadata yang ada dan menyelaraskan informasi tentang metadata tersebut dengan yang di dapat dari repository institusi lain. Saat ini OAI-PMH sudah diterima secara cukup meluas, dan terutama memang digunakan bersama-sama metadata Dublin Core untuk karya-karya ilmiah.
KUMULATIF DAN TERUS MENERUS (ABADI)
Repositori Institusi dibuat untuk melestarikan dan memudahkan dalam mengakses koleksi digital untuk jangka panjang. Sifat kumulatif pada Repositori Institusi menyiratkan bahawa infrastruktur dari repositori adalah scaleable. Namun tidak berarti bahwa semua konten akan dapat diakses terus-menerus secara universal.
ILMIAH