Lihat ke Halaman Asli

Marihot Simamora

Guru matematika

Relevansi Teori Belajar Behaviorisme dalam Dunia Pendidikan Saat ini

Diperbarui: 30 Agustus 2022   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemahaman akan teori belajar sangaat penting di pahami oleh setiap guru.  Pentingnyan pemahaman teori ini akan membantu guru dalam menerapkan pembelajaran yang efektif di dalam kelas. Guru tentu saja belajar menggunakan  berbagai metode, stategi dan pendekatan di dalam proses pembelajran.  Tetapi setiap stategi  , metode dan pendekatan yang dilakukan tidak lepas kaitannya dengan teori belajar. 

Sadar atau tidak, sesungguhnya teori belajar diterapkan guru dalam  setiap proses pembelajaran. Bagaimana hal itu bisa terjadi, sementara menurut saya pribadi dan pengalaman saya  teori belajar termasuk hal  yang jarang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Dalam dunia pendidikan berbegai teori belajar telah diterapkan seperti teori  behaviorisme, kognitivisme, humanisme, kontrutivisme, dan konektivisme. 

Kali ini saya akan membahas penerapan metode pembelajaran behaviorisme dan bagaimana relevansi dari teori ini dengan pendidikan saat ini. Salah satu tokoh dari teori Behaviorisme yang terkenal sampai saat ini adalah dari Ivan Pavlop. Teori behaviorisme menjelaskan bahwa belajar terjadi  apabila ada perubahan sikap berdasarkan pengaruh lingkungan. 

Perubahan sikap yang terlihat  terus menerus sebagai akibat dari pengalaman. Sehingga dapat dikatakan bahwa  proses pembelajaran terjadi apabila adanya perubahan sikap dari perilaku peserta didik. 

Contoh nyata yang sering terjadi dalam kelas , misalkan anak belajar menghitung luas dan keliling lingkaran,  anak tersebut begitu serius dan antusias untuk mengikuti pembelajaran di dalam kelas namun dia belum bisa memecahkan masalah yang melibatkan konsep luas dan keliling lingkaran tersebut, maka ia belum bisa di katakan belajar karena belum menunjukkan perubahan perilaku dalam pemahaman konsep tersebut. 

Jadi dapat dikatakan bahwa teori ini mengutamakan hasil  dari input (pengalaman yang dialami) dalam bentuk  perubahan perilaku. Kunci perkembangan adalah perilaku dan bukan pikiran atau perasaan (antusias dan semangat siswa dalam belajar). Teori behaviorisme juga menekankan hubungan antara perilaku dan konsekuensi . 

Jadi contohnya perkembangan anak di dalam kelas bisa mengalami perubahan perilaku karena adanya  reinforcement (penguatan) atau punishment (hukuman). Oleh karena itu dalam hal ini perubahan perilaku siswa tergantung dengan konsekuensi.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah tori behaviorisme ini masih relevan dengan kemajuan pendikan saat ini?  Menurut saya sendiri masih ada relevansinya , karena  betul adanya bahwa pengalaman belajar siswa dan factor lingkungan manjadi salah satu factor yang mempengaruhi perubahan perilaku dalam diri siswa. 

Bahkan tanpa saya sadari sendiri bahwa penerapan ini  sering saya terapkan dalam kelas dalam hal perubahan perilaku siswa yang saya harapkan dan konsekunsi yang saya berikan.  Misalnya adalah  Jikalau siswa bisa memecahkan soal dalam pembelajaran maka bentuk reinforcement (penguatan) yang saya berikan adalah dapat extra point, namun jika tidak bisa mengerjakan maka tidak akan ada nilai. Sehingga siswa akan cenderung mengerjakan karena adanya reinforcement (penguatan), dan  punishment (hukuman).  

Jadi dari contoh tersebut saya bisa menyimpulkan bahwa  dengan penerapan teori behaviorisme bisa meningkatkan semangat siswa namun bisa juga membatasi kreatifitas dan rasa ingin tahu yang didorong dari kemauan murid dan juga  proses pembelajaran akan terkesan berpusat kapada guru. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline