Lihat ke Halaman Asli

MamikSriSupadmi

Wiraswasta

Mental Kuat Saja, Apakah Cukup untuk Mengadu Nasib di Jakarta?

Diperbarui: 15 April 2024   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Ke Jakarta aku kan kembali, walaupun apa yang kan terjadi. Disana rumahku, dalam kabut biru.... (KoesPlus).

Bagaimana perasaan kalian semua setiap mendengar lirik lagu ini terdengar merdu dinyanyikan? Bagi pendatang lama yang sudah matang asam garam dalam mengadu nasib diJakarta barangkali terlalu dalam lirik lagu ini mewakili banyak cerita. 

Sedangkan bagi yang ingin mengadu nasib ke Jakarta, apa yang selintas terbersit dalam pikiran? Barangkali saat musim mudik Lebaran yang kemarin sudah berlalu, pesona mobil mobil plat B nan gagah dan nilai nominal saweran bagi bagi angpau dari mereka memukau mata Anda. 

Seribu dia ribu rupiah mencari laba dikampung halaman seperti tidak sebanding dengan mudahnya kaum pemudik mengulurkan limaribu rupiah untuk membayar uang parkir tanpa kembalian. Iya, barangkali kaum urban yang ingin menyusul peruntungan dan mencoba mengadu nasib terpesona oleh bayangan kemudahan  mengais Rupiah diJakarta. 

Boleh boleh saja mencoba mwngadu nasib diJajarta, sama halnya dengan boleh boleh saja tetap bertahan dikampung halaman apabila melihat potensi daerah sendiri yang belum banyak dikembangkan. Modal mental yang kuat memang perlu untuk bertarung di lahan persaingan kerja manapun. 

Ditempat asal saya sudah bukan rahasia lagi apabila ingin merantau keJakarta tentu harus beserta dengan rombongan teman temannya sesama tenaga kerja proyek bangunan. 

Keahlian dan skill mumpuni serta tenaga kuat adalah modal utama untuk ikut dalam rombongan tenaga kerja proyek bangunan yang banyak dibutuhkan di Jakarta lebih tepatnya Jabodetabek area. 

Tempat berteduh dan beristirahat sekedarnya saat bekerja tidak masalah selama mereka punya komunitas yang banyak. Tenaga kerja untuk warung makan khusus pekerja proyek juga biasa satu paket saat berangkat bersama sama lagi u tuk mengadu nasib di Jakarta. 

Yah inilah pekerjaan KKN alias nepotisme tetapi tidak menyogok uang dalam jumlah yang besar. Mengapa? Karena benar benar tenaga kerja mereka harus sudah punya kemampuan yang layak untuk ikut bekerja , begadang lembur dan sebagainya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline