Lihat ke Halaman Asli

MamikSriSupadmi

Wiraswasta

Tempayan Wudhu san Geladak Kayu

Diperbarui: 3 April 2023   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Indah sekali setiap Ramadhan datang

Di waktu kecilku..

Hadirnya kami tunggu

Libur sekolah kami tetap bermain dan berkumpul agar Puasa tak begitu saja pergi berlalu

Musholla kampung kami yang seperti rumah panggung dari geladak kayu

Tempayan tanah liat berjejer beberapa buah agar kami bisa berWudhu

Riuh rendah suara geladak kayu sering menerbitkan rindu. Betapa damai masa lalu dalan temaram lampu...

Terkadang kami harus mengelap debu

Membersihkan tempat ibadah agar lantainya berkilau selalu

Hhh... paling capek saat harus mengisi tempayan wudhu. Menimba dari sumur dan kami pikul berdua dari jerigen warna biru. Seingatku pernah juga menampungnya dalam semacam kendi besar yang kemudian kita pindah ke tempayan berjejer yang dilubangi agar air mancur kebawah dan ditutup dengan kayu kecil yang menghambat laju air agar tidak menetes kebawah alias pengunci penutup air yang membasuh aku dan kamu

Tempayan berganti tapi kenangan teringat selalu. Membekas dikalbu penutur ilmu bahwa takbakan luntur dan lekang oleh zaman doa dalam Sholat lima waktu. Agar kita terdidik disiplin waktu dan juga optimis sabar menyelami nasejat utama dari mbah Guru

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline