Lihat ke Halaman Asli

M. Ali Amiruddin

TERVERIFIKASI

Penulis Biasa

Charlie Hebdo, Ketika Sang Panutan Sudah Dilecehkan

Diperbarui: 31 Oktober 2020   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Terus terang ketika saya melihat tayangan berita tentang pembuatan kartun Nabi Muhammad SAW dan berujung pembunuhan sang guru yang katanya menyukai kebebasan berekspresi, hati saya seperti teriris. 

Mengapa banyak orang yang begitu suka membuat masalah dan memancing persoalan, ketika saat ini saja pandemi covid-19 belum juga usai. 

Padahal persoalan saat ini sebenarnya adalah kemiskinan yang boleh jadi masih menggelayut pada pikiran para pemimpin negara, lantaran banyak hal yang harus terhenti. 

Sayangnya, apa yang terjadi saat ini justru seperti memantik api yang lebih besar. Apakah memang pelecehan rasial yang berujung kekerasan akan selalu saja ada? Atau memang mental kita memang sedang sakit, hingga tidak lagi peduli bahwa banyak orang yang akan tersakiti.

Sebuah majalah dengan sangat berani memantik api permusuhan kembali, ialah Charlie Hebdo. Majalah yang berada di Perancis tersebut sudah berkali-kali membuat ulah dengan memancing amarah umat Islam. 

Saya tidak mengerti, apakah mereka memang sudah kehilangan hati nurani, ingin memancing emosi umat Islam atau hanya rekayasa untuk menaikkan oplah penjualan majalah? Entahlah.

Berbagai pertanyaan tersebut kiranya sulit saya ketemukan jawabannya, lantaran faktor pertama adalah ketika seseorang sudah mengatakan tentang kebebasan berekspresi, memang sulit untuk dilarang. 

Padahal faktanya, jika memang benar-benar itu kebebasan berekspresi kenapa pula harus umat Islam yang sengaja dipancing amarahnya? Apakah para pemilik ide kotor itu tidak pernah sadar, bahwa umat Islam adalah umat yang juga memiliki jiwa yang sama dengan yang lainnya. 

Mereka juga bisa dibuat halus, lembut dan bisa juga dibuat marah serta kasar. Bahkan seperti halnya semut, jika semut saja jika diinjak akan menggigit, apalagi manusia. Dan jika memang mereka menghendaki kebebasan berkespresi, semestinya berlaku umum dan tidak ada lagi batasan yang melarang ketika semua orang ingin berekspresi. 

Meskipun demikian sebagai umat beragama tentu ada batasan-batasan yang tidak mungkin dilanggar. Apalagi terkait dengan seorang panutan umat. Masyarakat biasa saja tak layak untuk dilecehkan apalagi orang-orang yang menjadi panutan seperti Nabi Muhammad SAW. 

Seorang Nabi yang selalu menjaga sifat sidiq, amanah, tabligh dan fathonah ternyata harus mendapatkan pelecehan dari orang-orang yang sama sekali tidak mengerti betapa tingginya derajat sang Nabi di mata umatnya. Bahkan tidak hanya Nabi Muhammad SAW. Nabi Isa AS, Musa AS dan Nabi-nabi yang lain adalah panutan bagi umatnya yang seharusnya tetap dihormati oleh umat Islam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline