Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Charlie Hebdo, Ketika Sang Panutan Sudah Dilecehkan

30 Oktober 2020   19:27 Diperbarui: 31 Oktober 2020   05:52 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Terus terang ketika saya melihat tayangan berita tentang pembuatan kartun Nabi Muhammad SAW dan berujung pembunuhan sang guru yang katanya menyukai kebebasan berekspresi, hati saya seperti teriris. 

Mengapa banyak orang yang begitu suka membuat masalah dan memancing persoalan, ketika saat ini saja pandemi covid-19 belum juga usai. 

Padahal persoalan saat ini sebenarnya adalah kemiskinan yang boleh jadi masih menggelayut pada pikiran para pemimpin negara, lantaran banyak hal yang harus terhenti. 

Sayangnya, apa yang terjadi saat ini justru seperti memantik api yang lebih besar. Apakah memang pelecehan rasial yang berujung kekerasan akan selalu saja ada? Atau memang mental kita memang sedang sakit, hingga tidak lagi peduli bahwa banyak orang yang akan tersakiti.

Sebuah majalah dengan sangat berani memantik api permusuhan kembali, ialah Charlie Hebdo. Majalah yang berada di Perancis tersebut sudah berkali-kali membuat ulah dengan memancing amarah umat Islam. 

Saya tidak mengerti, apakah mereka memang sudah kehilangan hati nurani, ingin memancing emosi umat Islam atau hanya rekayasa untuk menaikkan oplah penjualan majalah? Entahlah.

Berbagai pertanyaan tersebut kiranya sulit saya ketemukan jawabannya, lantaran faktor pertama adalah ketika seseorang sudah mengatakan tentang kebebasan berekspresi, memang sulit untuk dilarang. 

Padahal faktanya, jika memang benar-benar itu kebebasan berekspresi kenapa pula harus umat Islam yang sengaja dipancing amarahnya? Apakah para pemilik ide kotor itu tidak pernah sadar, bahwa umat Islam adalah umat yang juga memiliki jiwa yang sama dengan yang lainnya. 

Mereka juga bisa dibuat halus, lembut dan bisa juga dibuat marah serta kasar. Bahkan seperti halnya semut, jika semut saja jika diinjak akan menggigit, apalagi manusia. Dan jika memang mereka menghendaki kebebasan berkespresi, semestinya berlaku umum dan tidak ada lagi batasan yang melarang ketika semua orang ingin berekspresi. 

Meskipun demikian sebagai umat beragama tentu ada batasan-batasan yang tidak mungkin dilanggar. Apalagi terkait dengan seorang panutan umat. Masyarakat biasa saja tak layak untuk dilecehkan apalagi orang-orang yang menjadi panutan seperti Nabi Muhammad SAW. 

Seorang Nabi yang selalu menjaga sifat sidiq, amanah, tabligh dan fathonah ternyata harus mendapatkan pelecehan dari orang-orang yang sama sekali tidak mengerti betapa tingginya derajat sang Nabi di mata umatnya. Bahkan tidak hanya Nabi Muhammad SAW. Nabi Isa AS, Musa AS dan Nabi-nabi yang lain adalah panutan bagi umatnya yang seharusnya tetap dihormati oleh umat Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun