Lihat ke Halaman Asli

Maik Zambeck

corat coret

Salju di Pantai Padang (41-45)

Diperbarui: 26 September 2025   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

selalu pakaian koko, celana dasar, berwarna putih atau cream. Langkahnya di buat agar terlihat indah, kata-katanya dalam berbicara selalu dijaga agar berkata yang baik-baik dengan tonasi suara yang datar terkesan lembut.
Amir agak geli megingatnya, dia lebih suka menghindar. Jika terpaksa berkerumun dengan teman-teman dan disana ada Tomi yang berbicara, dia segera meninggalkan tempat itu. Kalau mau jujur teman-temannya pun juga sebenarnya geli dengan gaya Tomi yang dibuat-buat, tapi mereka tetap menjaga muka Tomi agar tidak terlalu terlecehkan.
Amir lebih suka bergurau dengan Efri, Dodi, Dedi, Doni, Ajo, atau Lili. Mereka bercerita kesana kemari, diselingi tawa lepas seperti orang gila. Bertingkah sesukanya. Hilir mudik kesana kemari di tahun-tahun pertama kuliah yang sibuk. Entah mengapa kemudian Amir di tunjuk untuk menjadi ketua kepanitian suatu acara himpuan mahasiswa jurusan. Apa mungkin mereka merasa Amir bisa merangkul semua untuk bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan ketua himpunan mahasiswa pada angkatannya atau karena usaha Amir yang waktu itu hanya sekedar berniat menolong kepanitiaan acara yang diketuai Ajo untuk lepas dari masalah pelik keuangannya? Padahal ada komting angkatan, Dodi. Tapi mereka telah sepakat untuk menunjuk Amir. Amir tidak bisa mengelak.
Satu kali acara yang dibebankan ke angkatan Amir berjalan mulus. Tahun berikutnya dengan beban lebih berat kembali dipercayakan ketua himpunan ke angkatannya, dan teman-temannya pun masih menunjuk Amir sebagai ketua. Acara berakhir, teman-temannya kembali puas.
Sampai akhirnya, Ketua Himpunan Mahasiswa melakukan suksesi, jatah pemegang tampuk kepemimpinan jatuh ke angkatan Amir. Sebelum sidang rapat mahasiswa Jurusan diadakan, teman angkatan Amir sepakat mengajukan calon tunggal untuk menjadi ketua Himpunan yaitu dirinya sendiri. Tapi ternyata di tengah sidang muncul nama Alex, teman satu angkatan Amir yang jarang
berkumpul dengan yang lainnya berideologi agak ke kiri-kirian. Amir tidak perduli, kalaupun Alex yang akan jadi ketua itu bukan masalah. Namun, teman- temannya tetap memaksa bahwa dia harus maju. Paksaan itu semakin keras setelah diketahui bahwa Alex telah melakukan lobi sani sini meminta dukungan dari para senior atau junior agar dia menjadi ketua himpunan.
Di saat itu lah, Tomi yang terus mengamati dinamika perkembangan bakal calon ketua himpunan jurusannya bersama tim strategis organisasi keagaamaan fakultasnya, mengutus dirinya sendiri untuk merangkul Amir agar bisa menjadi kader yang "naik di tengah jalan". Hitung-hitung Amir adalah calon kuat di jurusan, yang bakal menjadi ketua himpunan. Jika organisasinya sudah diboncengi, maka mereka bisa mengklaim bahwa orangnya lah yang duduk sebagai ketua himpunan jurusan fisika, Universitas Andalas periode itu.
Amir tidak mengira seberapa pentingnya langkah Tomi untuk merangkul agar menjadi bagian orang-orang di organisasinya. Langkah ini pun sebenarnya tidak dilakukan oleh Tomi terhadap Amir saja, namun di fakultas dan jurusan lain di Universitas Andalas pun melakukan hal yang sama oleh orang yang berbeda.
Logika mereka sederhana, dari Jurusan akan mempengaruhi siapa nanti yang akan memegang tampuk pimpinan organisasi kemahasiswaan di tingkat Fakultas, dari Fakultas kemudian akan mempegaruhi siapa nanti yang akan memegang tampuk kepemimpinan organisasi kemahasiswaan untuk tingkat Universitas. Begitu seterusnya sampai Universitas-Universitas di seluruh Indonesia yang kemudian diharapkan akan mempengaruhi dan membentuk siapa-siapa yang akan menjadi elit-elit politik nasional. Karena sebagaimana kata mereka mahasiswa adalah "agent of change". Masa iya..?!!
Debat calon ketua Hima berlalu, pemilihan juga berlalu, Alex yang dulu begitu yakin dengan peluangnya terpaksa menerima kenyataan bahwa dia selama ini hanya diberi harpan palsu oleh para senior juga juniornya.
Beberapa waktu berselang, berbagai kegiatan kemahasiswaan berjalan dilalui Amir dan teman-temannya. Sampai menjadi tuan rumah, menjamu kunjungan mahasiswa USU (Universitas Sumatera Utara) yang bertandang ke Universitas Andalas di saat kota Padang disibukkan oleh bencana gempa dan isu tsunami. Yang membuat bis tumpangan mereka ngacir ke Bukittinggi meninggalkan mahasiswa-mahasiswanya begitu saja di mess mereka di Gunung Pangilun karena terjadi beberepa gempa kecil yang membuat sopirnya berfikir akan terjadi tsunami seperti di Aceh waktu itu.
Lalu suasana di Fakultas memanas oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan menjelang akhir masa jabatan ketua dan pengurus BEM. Anak- anak kafe tidak terima kalau seandainya nanti mereka dipecundangi lagi dengan diangkatnya ketua BEM hanya dari kalangan organisasi keagamaan, FSI . Mereka membuat rusuh dengan mengadiri rapat pemilihan ketua BEM meski tidak diundang. Rapat menjadi kacau, sidang di tunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Di koridor-koridor fakultas, anak-anak kafe yang sebenarnya hanyalah mahasiswa kebanyakan yang menghabiskan waktu luangnya di kafe yang untuk makan saja harus ngutang, menjelma menjadi preman kampus. Mereka melakukan sweeping terhadap mahasiswa yang berpakaian koko dan celana dasar. Tidak banyak mahasiswa berpakaian koko yang mereka dapat, karena mereka yang berpakaian koko itu telah mengetahui bahwa akan terjadi hal seperti ini setelah kemarin anak kafe itu menggagalkan pemilihan ketua BEM. Amir tidak berpakaian koko dan tidak bercelana dasar, dia bisa masuk dalam lingkaran anak kafe, meski anak kafe sendiri tahu bahwa Amir telah disusupi ide aktifis keagamaan jadi-jadian itu. Demi menjaga keamanan lebih baik Amir memilih jalan menghindar. Memilih jalan belakang masuk ke jurusan, terus naik ke lantai dua ke perpustakaan jurusan Fisika, di situ dia menggunakan waktunya sambil sekali-kali mengamati simpang koridor yang terlihat jelas dari jendela perpustakaan itu.

Dengan tenang Amir mengambil bundelan jurnal-jurnal fisika AIP tahun- tahun lama, gambar-gambarnya menarik berwarna warni dipenuhi dengan hasil penelitian mutkhir di kala itu. Dia mengambil satu bangku yang mejanya menghadap ke jendela agak berjarak beberapa meter, agar orang di luar tidak dapat melihat jelas siapa orang di balik jendela tersebut. Sekali-kali dia membalik halaman jurnal, sesekali dia melayangkan pandangan ke simpang koridor yang disana telah berdiri beberapa orang anak kafe dari yang jangkung berbadan besar hingga yang kecil, dari cara mereka berpakaian banyak diantara mereka yang tidak terurus, seperti anak-anak mama yang terpaksa harus merantau. Tiba-tiba di ujung koridor melintas Rahmat, calon kuat bakal Ketua BEM. Amir bergumam dalam hati dengan tidak tenang.
” Ini gila.. dia benar-benar gila.. mau apa dia lewat ke situ?”
Amir mulai resah dia segera menutup bundel jurnalnya yang tebal dengan cepat. Pandangannya tertuju secara seksama pada Rahmat yang baru memasuki koridor dari arah Gedung C, sedang teman-teman seangkatannya yang juga berpakaian koko, celana dasar, dan perempuan-perempuannya berjilbab dalam, memilih jalan memutar dengan berbelok ke kanan atau ke kiri.
Rahmat semakin dekat dengan persimpangan koridor itu. Amir memperhatikan dengan kedua tangannya di atas meja menopang dagu jari bersilangan satu sama lain. Sekali lagi Amir bergumam. “Gila.. dia Gila..!
Seketika Rahmat yang entah dirasuki hantu apa, mendekati simpang koridor. Tidak butuh lama, setelah saling tegur sapa biasa atau saling mengancam, terjadilah apa yang dikhawatirkan Amir, sontak semua berteriak saat Rahmat “sang pemberani” dipukul anak-anak kafe. Teman-teman FSI nya berlarian dari arah bawah hendak menyelamatkan Rahmat, dan BUAR.... seketika keadaan sudah berubah menjadi tawuran antar mahasiswa yang mengharuskan pihak keamanan kampus turun tangan datang melerai.

Amir tak habis pikir dengan Rahmat, sebegitu bodohnya kah dia sampai bisa memantik api, memicu kobaran api yang lebih besar. Belakangan Amir baru tahu ternyata Rahmat adalah ketua BEM yang sah setelah disepakati secara tergesa- gesa pada saat sidang waktu itu sampai akhirnya kemudian dibubarkan anak- anak kafe secara paksa. Beberapa hari kemudian Amir di undang oleh Pembantu Dekan III Fakultas MIPA bersama ketua-ketua organisasi mahasiswa lainnya di Fakultas. Di situ tidak termasuk Rahmat yang masih dalam masa pemulihan setelah pemukulan, Rahmat diwakili teman FSI nya, seperti Tomi dan beberapa yang lain. Di pihak lain Amir mengenal wajah-wajah anak kafe yang berdiri di simpang koridor waktu itu, meski tidak tahu namanya tapi mukanya sangat jelas bagi Amir, mereka adalah junior-junior tahun dua atau tahun satu bersama satu dua orang senior tingkat lanjut.
Amir hanya tersenyum melihat mereka semua, karena dedengkot otak dari tindakan mereka sebenarnya tidak ada di sana, Amir tahu siapa dia karena dialah yang paling vokal dalam berbagai gagasan yang mereka rapatkan di tempat dadakan seperti salah satunya sekretariat Hima yang Amir pimpin. Di ruang konfrensi lantai dua Dekanat, Amir dan lainnya hanya di kumpulkan dalam satu ruangan. Bapak PD III yang mengundang tidak kunjung hadir, hanya berbungkus-bungkus nasi padang bertatahkan piring juga segelas teh es menjamu mereka semua. Pak PD III memang tahu betul bagaimana menenangkan urat saraf dan suasana di tengah hari yang terik itu. Para undangan telihat sangat lahap menyantap hidangan di ruangan ber AC. Sampai akhirnya hidangan itu pun habis, para undangan bersantai mulai bersenda gurau satu sama lain hingga muncullah PD III memasuki ruangan. Seketika semua hening, kembali mau menunjukkan muka garang masing-masing yang sudah terlanjur ceria, tapi percuma itu semua sudah tak berarti. PD III sudah berhasil meraih air muka mereka. Satu kata pertama dan terakhir dari PD III "Apakah kalian akan berdamai semuanya?"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline