Lihat ke Halaman Asli

Mahir Martin

TERVERIFIKASI

Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Event Olahraga di Masa Pandemi, antara Kekecewaan dan Harapan

Diperbarui: 22 Maret 2021   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar (https://borneo24.com)

Hari minggu kemarin (21/3/2021) ada dua event olahraga penting yang paling digemari di Indonesia, cabang olahraga bulu tangkis dan sepak bola. Untuk bulu tangkis ada event final turnamen All England 2021, sedangkan untuk sepak bola ada event pembukaan piala menpora.

Bagi saya yang mencintai kedua cabang olahraga tersebut merasa sedih dan gembira bercampur aduk. Sedih tidak bisa menyaksikan para punggawa bulu tangkis kita di final All England, gembira bisa menyaksikan lagi laga-laga menarik dari tim-tim sepak bola terbaik di tanah air. 

All England 2021

Seperti ramai diberitakan media minggu lalu, skuat tim bulu tangkis Indonesia harus dipaksa mundur  dari turnamen bulu tangkis paling prestisius All England 2021. Hal ini disebabkan karena ada salah satu penumpang pesawat yang menumpang pesawat yang sama dengan kontingen Indonesia ketika berangkat ke Birmingham terkonfirmasi positif covid-19. 

Pemerintah Inggris bergerak cepat dengan mengirimkan email konfirmasi kepada seluruh penumpang pesawat tersebut untuk melakukan isolasi mandiri selama 10 hari. Tim Indonesia pun harus rela dipaksa mundur. Padahal, ada beberapa wakil Indonesia yang sudah bertanding dan lolos ke babak 16 besar.

Badminton World Federation (BWF) tak banyak membantu. Mereka juga harus tunduk kepada regulasi pemerintah Inggris. Meskipun tidak ada satupun atlet Indonesia yang terkonfirmasi positif, mereka harus tetap melakukan isolasi mandiri. Jadilah tim bulu tangkis Indonesia harus mengubur mimpinta tampil di All England 2021.

Peristiwa ini sontak mendapat reaksi dari publik Indonesia. Di dunia maya banyak yang mempertanyakan hal ini kepada BWF. Mereka menuntut BWF bertanggung jawab atas peristiwa ini. Bahkan, pemerintah Indonesia melalui kementerian pemuda dan olahraga (kemenpora) juga melayangkan protes keras terhadap peristiwa ini.

Namun, tak ada jalan lain. Nasi sudah menjadi bubur. All England 2021 terus berlangsung, walaupun tanpa kehadiran tim Indonesia. Praktis, keseruan All England tak terasa lagi. Tanpa adanya pemain-pemain unggulan dari Indonesia dan Tiongkok, pemain Jepang merajalela. Dari sepuluh finalis, tujuh diantaranya dari negeri sakura Jepang. Tiga nomor terjadi all Japan finals. Hasil akhirnya, Jepang memborong empat gelar, dan Malaysia satu gelar dari nomor tunggal putra.

Piala Menpora

Berbeda dengan cabang bulu tangkis yang mengecewakan, cabang sepak bola justru kembali bergairah. Setelah sekitar satu tahun vakum, kegiatan sepak bola di tanah air kembali bergeliat dengan dibukanya kompetisi pramusim piala menpora secara resmi kemarin.

Kompetisi ini bisa dibilang akan dijadikan ajang uji coba dan mungkin juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan dimulainya kembali liga 1 pada musim 2021/2022. Protokol kesehatan ketat terasa sekali pada pembukaan piala menpora di stadion manahan solo yang mempertemukan antara tim Arema vs Tira Persikabo.

Selama pertandingan berlangsung tak ada riuhnya para suporter mendukung tim kesayangannya. Bangku penonton terlihat kosong. Para pemain cadangan, pelatih, dan official tim pun semua menggunakan masker. Begitu juga komentator televisi yang selalu mengingatkan penonton untuk menonton di rumah saja, tidak perlu datang ke stadion ataupun nonton bareng di tempat keramaian.

Olimpiade Tokyo

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline