Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Sudah Saatnya Dunia Sains dan Teknologi Lebih Ramah terhadap Perempuan

Diperbarui: 15 Agustus 2021   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perempuan dan teknologi | Sumber: shutterstock

Kalau saya sebutkan nama-nama seperti Albert Einstein, Isaac Newton, Galileo Galilei, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Stephen Hawking, pasti banyak yang sudah tahu siapa mereka.

Lalu, bagaimana dengan nama-nama seperti Marie Curie, Rosalind Franklin, Ada Lovelace, Mariam al-Ijliya, Sutayta al-Mahamali, Professor Nesreen Ghaddar?

Mulai dari zaman keemasan Islam, Renaisance di Eropa, pasca Perang Dunia II sampai era revolusi industri 4.0, selalu ada ilmuwan-ilmuwan perempuan yang bersinar pada zamannya. 

Sayangnya, penulisan sejarah dan kajian-kajian keilmuan yang terlalu maskulin cenderung lebih menonjolkan peran tokoh laki-laki. 

Sementara kontribusi perempuan bagi masyarakat dan dunia kurang mendapat sorotan meski sama-sama berjasa dan berprestasi. Termasuk pula dalam dunia sains dan teknologi sehingga bidang tersebut masih sering dipandang sebagai bidangnya kaum laki-laki.

Di dunia akademik, fakultas teknik adalah fakultas yang dianggap "cowok banget". Terutama di jurusan-jurusan teknik sipil, mesin, geologi, pertambangan, perminyakan, nuklir, di mana jumlah mahasiswi sangat minim.

Entah apa yang menyebabkan jurusan-jurusan tersebut minim mahasiswi. Apa karena sangat sedikit perempuan yang berminat pada jurusan-jurusan tersebut atau sebenarnya ada yang berminat tapi lingkungan tidak mendukung?

Seperti yang dialami oleh salah satu sahabat saya, sebut saja namanya Tina (nama samaran). Ia memang penyuka sains, terutama fisika. Oleh karena itu, Tina bercita-cita masuk teknik sipil setamat SMA. Tapi oleh orangtuanya dilarang dan disuruh masuk fakultas kedokteran. 

Waktu saya tanya alasan di balik pelarangan itu, katanya sih biar sahabat saya ini "lebih cewek" karena di fakultas kedokteran hampir sebagian besar mahasiswanya perempuan. Harapannya biar Tina ini nggak tomboy-tomboy amat gitu lho.

Selain itu, semakin tinggi jenjang pendidikan, jumlah lulusan perempuan juga semakin berkurang. Minimnya jumlah perempuan yang menempuh pendidikan jenjang doktoral (PhD) mengakibatkan jumlah peneliti perempuan lebih sedikit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline