Lihat ke Halaman Asli

Luna Septalisa

TERVERIFIKASI

Pembelajar Seumur Hidup

Melawan Toxic Positivity dengan "Active Listening"

Diperbarui: 23 Maret 2022   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mendengarkan secara aktif untuk melawan toxic positivity | Photo by Karolina Grabowska from pexels.com

Pernah nggak ketika Anda berkeluh kesah kepada teman, lalu mendapat tanggapan seperti ini : 

"Udah dong, jangan nangis terus. Kamu harus kuat dan bahagia."

Atau dibalas dengan adu nasib seperti ini : 

"Jangan ngeluh mulu deh. Masih mending kamu yang cuma...Yang aku alami lebih parah..."

Pasti pernah kan? Bahkan kita pun mungkin pernah melakukannya, baik secara sadar maupun tidak.

Nah, respon-respon seperti itu termasuk toxic positivity

Positif tapi beracun. Kok bisa ya? Padahal kan sikap positif itu bagus.

Memang bagus sih, kalau porsinya seimbang alias tidak kurang dan tidak lebih. Sikap terlalu positif atau positivity yang berlebihan akan berubah menjadi toxic positivity yang membahayakan kesehatan mental.

Toxic positivity sendiri dapat diartikan sebagai pola pikir optimis yang fokus pada emosi positif secara berlebihan di berbagai macam situasi dan menolak serta menganggap remeh emosi yang dirasakan saat itu.

Dengan kata lain, toxic positivity menolak atau menyangkal emosi negatif yang sedang dirasakan sehingga menjadikannya invalid. Sikap ini sama saja dengan menipu diri sendiri. Bersikap seolah segalanya baik-baik saja. Padahal kenyataan berkata sebaliknya. Tampak tangguh padahal hati rapuh. Positive vibes only, begitulah istilah bekennya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline