Lihat ke Halaman Asli

Niken Marth Lumowa

Pegawai Swasta

Cerpen | Bagaikan Perahu Karam yang Tak Tenggelam (part 1)

Diperbarui: 18 Juni 2019   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi  yang cerah mengiringi perjalananku menuju Bumi Serpong Damai 'BSD",  sepanjang perjalanan masih lengang, belum begitu banyak kendaraan lalu lalang di  tol arah ke Serpong, penginnya sih tancap gas poll tapi ....jadi ingat kata-kata instruktur les mengemudi, "kecelakaan banyak terjadi karena pengemudinya ngebut"...., ngak jadi deh ngebut sambil senyum-senyum sendiri,  memacu kendaraan  sesuai aturan kecepatan di jalan tol saja. Sampai di BSD aku panggil ojek untuk pandu aku ke alamat temanku yang baru pindah rumah, karena aku paling malas cari-cari alamat yang aku tidak tahu lokasinya (kebiasaan di kantor gerak cepat).

Ku ketuk pagar besinya dengan kunci mobilku, permisi...permisi......aku teriak aja nama temanku, ngak berapa lama nonggol deh tuh wajah dari balik pintu,  hai...haiiii..."kataku" kebelet nih mau ke belakang (padahal alasanku biar dia cepat dibukain pintu pagar)....haahaaaa.

Temanku: "Ken, lu kebiasaan deh kalau ke rumahku pasti bilangnya kebelet, kebelet, kebelet, emang ngak ada kata lain, yang lebih ampuh  selain kata kebelet, sambil lanjut katanya,...tahu kan lokasi rest room-ku, sambil ketawa melihat gayaku jalan kayak orang kebelet.

Aku: "gimana khabarmu Gin, kok semakin kurus saja, kemana anak-anak kok sepi.

Temanku: "Iya aku semakin kurus, kemarin habis opname beberapa bulan yang lalu dan anak-anak lagi kuliah.

Aku: "kok ngak ngabarin aku kalau loe opname, sudah ngak ngangap aku sebagai teman ya???, kataku sambil cemberut.

Temanku: "Bukan begitu, Ken", kok tumben sih loe sensitive banget!!, selama opname tidak boleh menggunakan ponsel, harus istirahat total. Aku juga ngak nyangka kena serangan jantung dadakan malam itu, anak-anak yang bawa aku ke rumah sakit.

Aku: "oh begitu, maaf deh,  sekarang  gimana keadaanmu, masih berobat jalan atau cuma minum obat saja, kan kondisi ekonomimu lebih banyak buat  biaya kuliah anak-anak.

Temanku: " masih bisa ku atasi  pakai BPJS kok,  sekarang kondisiku sudah lumayan, ke dokter hanya untuk kontrol saja. Ken! Kamu gimana Ken masih kerja atau usaha sendiri, ...lanjut temanku .."aku kerja serabutan  di JDC",  lumayan daripada  di rumah saja.

Aku: "aku masih kerja, ya begitulah kerjaanku, ibaratnya kepala buat kaki dan kaki buat kepala, loe banyangin aja deh udah kayak acrobat. Gina kenapa kamu tidak jualan makanan on line saja, kamu kan jago masak,  bisa lebih santai di rumah, bisa atur waktu sendiri kapan buatnya, dan kamu juga bisa nolak permintaan bila kondisimu kurang sehat, daripada kamu kerja ke JDC, pagi-pagi sudah berangkat naik kereta dan pulang malam, coba dipikir lagi usulanku,

Temanku: "sudah aku pikirin sih Ken, nanti aku bicarakan sama anak-anak dulu, kan ngak semudah membalikkan tangan, biasa di gaji bulanan terus ngak digaji, kan aku juga harus mutar otak untuk bisa menutup biaya rutin tiap bulan. "Ken!, menurut kamu, ide apa yang kira-kira bisa aku buat jualan makanan on line?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline