Lihat ke Halaman Asli

Tri Lokon

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Ini Alasan Mengapa Panas Bumi Dijadikan Mata Pelajaran Sekolah

Diperbarui: 18 Januari 2017   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembukaan Workshop (dokpri)

Kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita. Sebaliknya, kita meminjam bumi ini dari anak cucu kita. Di atas pundak generasi mudalah, mereka akan meneruskan dan mewarisi kekayaan negara dan bangsa ini. Salah satunya pendidikan panas bumi dimasukkan di kurikulum sekolah.

Energi panas bumi adalah salah satu kekayaan alam  yang terdapat di perut bumi. Dengan ekplorasi dan eksploitasi energi panas bumi, manfaat bagi kehidupan banyak di dapat. Manfaat panas bumi secara tidak langsung digunakan untuk menggerakkan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Secara langsung, dimanfaatkan untuk pemanasan dan pendinginan ruangan, permandian kolam renang, greenhouse heating, aquaculture, pariwisata, dan lainnya.

Terkait dengan pengembangan panas bumi (geothermal) Indonesia, khususnya di Sulut, tim Panas Bumi UGM berkolaborasi dengan NZAID CaRED Programme, Program Pemberdayaan dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kawasan Timur Indonesia kembali menyelenggarkan Workshop Pengembangan mata pelajaran panas bumi untuk SLTA di Sulawesi Utara, Selasa kemarin (17/1) di Miniteater SMA Lokon Tomohon. Workshop ini merupakan kelanjutan dari workshop Mapel Panas Bumi sebelumnya (22/9/2016) di tempat yang sama.

Rehat tetap diskusi (dokpri)

Di hadapan para guru utusan dari SMA se-Sulut, workshop kedua ini mengagendakan pembahasan tentang silabus mata pelajaran panas bumi untuk kelas XI dan kelas XII SMA yang telah disepakati dalam workshop pertama.

Dalam silabus mapel panas bumi, telah tersusun materi pokok pembahasannya, yaitu (1) energi panas bumi, (2) sistem panas bumi, (3) pemanfaatan energi panas bumi, (4) keunggulan energi panas bumi, (5) tahapan pengembangan panasd bumi, (6) panas bumi di Indonesia, (7) manifestasi panas bumi dan Geohazard, (8) keanekaragam hayati di lingkungannya, (9) kunjungan lapangan/field trip, (10) Seminar panas bumi.

Sedangkan kompetensi dasar (KD) mapel panas bumi adalah agar siswa mampu mengidentifikasi,  menganalisis,  memahami dan mensyukuri energi panas bumi sebagai energi terbarukan dengan banyak manfaatnya bagi kebutuhan hidup manusia serta kemajuan bangsa dan negara.

Pembicara UGM, D. Pri Utami, MSc,PhD (Dokpri)

Ini alasan panas bumi dijadikan mata pelajaran di SMA

Pusat Penelitian Panas Bumi UGM, menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia. Hampir 40 persen panas bumi dunia terdapat di Indonesia. Data Badan Geologi menyebutkan Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 29.215 MWE dari 285 lokasi akhirnya belum dimanfaatkan secara optimal untuk pembangkit listrik. Total potensi tersebut merupakan jumlah antara potensi sumber daya panas bumi sebesear 13.195 MWe dan cadangan sebesar 16.020 MWe.

“Daerah di sekitar panas bumi, selain berfungsi sebagai lumbung energi juga dapat berfungsi sebagai laboratorium alam, maka menarik untuk diteliti dari segi ilmu kebumian, keanekaragaman hayati dan lainnya. Biasanya lokasi di mana terdapat panas bumi, adalah daerah unik yang memiliki potensi wisata yang memikat seperti pemandangan alam yang eksotik dengan fumarol, tanah beruap, geyser, dan pemanfaatan sumber air panas sebagai permandian” jelas Dr. Pri Utami, MSc., Ph.D. dosen UGM sekaligus peraih gelar Women in Geothermal Ambassador tahun 2015.

Yang kedua, materi panas bumi bisa dimasukkan ke dalam kurikulum SMA sebagai mata pelajaran muatan lokal, atau muatan institusional atau lintas minat. Namun, konsekuensinya harus dilihat secara bijak.

Foto bersama (dokpri)

“Jika panas bumi menjadi mapel muatan lokal atau institusional, maka materi panas bumi harus menjadi mapel yang berdiri sendiri. Konsekuensinya, guru pengajar harus menguasai bahan ajar materi panas bumi dengan alat peraganya. Dibutuhkan alokasi waktu sendiri dalam kurikulum. Tak hanya itu, apabila menjadi muatan lokal untuk seluruh SMA Provinsi Sulut, harus disahkan dengan SK Gubenur dan sekolah yang tidak melaksanakan akan mendapat sanksi” kata Agnito, Wakasek Kurikulum Lokon.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline