Lihat ke Halaman Asli

Livia Halim

TERVERIFIKASI

Surrealist

Cerpen | Luana?

Diperbarui: 2 September 2017   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com

Luana? Itu kamu? Saya menitipkan surat ini ke rerumputan di taman kota. Hari ini orang-orang di sini mempertanyakan genangan cairan berwarna biru muda di bawah pohon besar taman kota. Mereka enggan berteduh di bawah pohon itu karena warna biru biasanya beracun. Biar begitu, saya tahu itu karena kamu, dan kamu tidak beracun.

Luana, kemarin kamu berbisik dari bawah pohon besar sambil menepuk-nepuk rumput, "di sini." Saya hampir tidak mengenalimu, rupanya kamu mengecat seluruh tubuhmu serupa Angkasa.

"Mereka bilang, duduk di atas bayangan-bayangan pohon mengurangi terik," ujarmu lagi. Cat di bagian bawah matamu luntur. Kamu kepanasan atau diam-diam berlinang? Tanda hitam di bawah matamu lebih banyak berbicara.

Kamu biasanya cukup beratapkan Angkasa sebilang hari. Bahkan, terkadang kamu bercanda dengan Matahari.

"Apa yang salah dengan terik, Luana?" saya bertanya.

"Suhunya melelehkan cokelat,"jawabmu.   

"Mengapa tak kamu suapi saja Matahari dengan air dingin?"

"Kemarin sudah, ia menolak, saya paksa. Ia muntahkan lagi sampai atap rumah saya basah."

"Dia pasti benci kamu sekarang, Luana."

"Jika Saja, bagaimana rasanya disukai semuanya? Matahari, Angkasa, bahkan bayangan-bayangan ini?"

"Begini."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline