Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Fiksi | Sarung Pelunas Utang

Diperbarui: 14 Mei 2020   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi | dokpri

"Pak, kemarin Bu Tutik ke rumah. Katanya..."

"Hari ini Bapak bakal bawa uang kontrakan kita, Bu." kataku berusaha untuk memberi rasa tenang.

"Memangnya masih ada orang yang bisa memberikan kita utang lagi, Pak? Pak Ahmad, Pak Firman, Bu Retno, Bu Yanti? Bukannya mereka sudah terlalu banyak kita repotkan!" nada bicara istriku mendadak menjadi tinggi, tetapi aku bisa memahami situasi ini.

"Pokoknya Ibu tidak usah khawatir. Tugas Ibu mendoakan Bapak saja, ya. Doakan balon-balon ini laris manis. Bapak pergi dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Sebentar Pak. jangan pergi dulu!"

Istriku mengambil sesuatu dari dalam kamar. Aku rasa aku melupakan sesuatu.

Tidak lama kemudian istriku datang dengan menjinjing sesuatu. Sebuah kantong plastik hitam.

"Ini, Pak." Istriku nampaknya sudah tidak marah. Raut wajahnya sudah kuhafal lagi.

"Oh iya. Yasudah Bapak pergi dulu, ya."

Ku letakkan kantong plastik hitam itu di boncengan sepedaku. Aku berpamitan lagi. Meninggalkan istriku dengan utang-utang. Maaf.

***
Kukayuh sepedaku, yang hari ini rasanya terasa berat. Sepertinya utang itu memilih ikut bersamaku. Tidak apa-apalah daripada mengganggu pikiran istriku di rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline