Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak awal dirancang dengan tujuan mulia yakni meningkatkan gizi anak-anak Indonesia. Kita tahu, anak-anak adalah masa depan bangsa. Bila mereka tumbuh dengan gizi baik, peluang harapan mereka untuk menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan produktif di masa depan pun semakin besar.
Itulah mengapa MBG disambut dengan antusias, baik oleh orang tua maupun pihak sekolah. Bayangan bahwa setiap anak bisa mendapat asupan makanan bergizi tentu memberi harapan besar bagi upaya menekan angka stunting dan memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Namun, di balik niat mulia tersebut, muncul sejumlah persoalan serius yang tidak bisa diabaikan. Siswa yang menjadi korban keracunan makanan dari program MBG kian bertambah. Di Kabupaten Bandung Barat saja, tercatat 1.333 siswa menjadi korban hingga Minggu (28/9/2025), menurut laporan detik.com.
Fakta ini kian menguat ketika hasil Laboratorium Kesehatan Jawa Barat, melalui postingan Instagram CNBC Indonesia, merilis hasil pemeriksaan ratusan sampel MBG. Hasilnya: 23% positif bakteri berbahaya seperti Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Bacillus cereus, serta 8% mengandung nitrit.
Pertanyaannya, bagaimana mungkin program yang ditujukan untuk menyehatkan justru bisa membawa ancaman bagi kesehatan anak-anak Indonesia?
Niat Mulia, Tantangan Nyata
Program MBG sejatinya hadir dengan niat mulia yakni memberi akses gizi lebih baik bagi anak sekolah, menekan angka stunting, sekaligus meringankan beban keluarga. Siapa yang tidak senang bila anak-anak bisa mendapatkan makanan bergizi secara gratis?
Namun, realitas di lapangan menunjukkan sisi lain yang perlu diwaspadai. Program berskala besar dengan distribusi masif seringkali menghadapi tantangan di aspek keamanan pangan. Mulai dari proses pengolahan, penyimpanan, distribusi, hingga penyajianya. Semuanya rentan menimbulkan masalah bila tidak diawasi dengan ketat.
Alih-alih menyehatkan, MBG justru berisiko menjadi sumber penyakit dan korban terbesarnya tentu anak-anak, kelompok yang paling rentan terhadap keracunan makanan.
Mengenal Bakteri di Balik Kasus MBG