Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Terbang (part 1)

Diperbarui: 15 Januari 2018   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

9 Januari 2018 , 14:55

Pertama kalinya kuinjakkan kaki di dalam ruang tunggu bandara BIM. Sebelumnya aku hanya bisa mengintip intip atap bandara dalam perjalanan pulang dan pergi kerja. Setelah check in, aku langsung menuju lantai dua. Sudah pasti yang terlihat adalah ratusan atau bahkan ribuan orang yang sedang menunggu jadwal penerbangan. 

Ku pegang-pegang tiket pertama yang sudah ku pesan tiga hari sebelumnya. Ketika memesan tiket ini aku ingat perkataanku pada ibu ketika sedang makan siang di pondok sawah kami. Kala itu aku dan ibu sedang manggaro ~menjaga pada dari burung burung nakal. "Bu, bagaimana rasanya berada di atas pesawat?" Ibu menjawab, mungkin seperti terbang nak, rajin rajin belajar, sekolah yang baik, nanti perjalanan mu pasti naik pesawat juga"

Ingatan 10 tahun silam masih teringat oleh ku.

Aku selalu mengintip ngintip jadwal penerbangan, takut takut aku salah jadwal.

Baiklah, akhirnya panggilan penerbangan untuk pesawat Sriwijaya SJ-021 tiba. Beberapa menit antri untuk memasuki pesawat. Lalu masuk pada pintu pesawat, dan kursi 5A tepat di dekat jendela. Di samping kananku seorang bapak yang cukup ramah, dan diujung ada ibu ibu super glamour, terlihat dari style yang dipakainya.

Beberapa menit berlangsung, ini adalah penerbangan pertama kali dalam hidupku, ucapku dalam hati. Ku dengarkan dengan seksama instruksi dari crew pesawat, di akhir penjelasannya kami seluruh penumpang diberi waktu untuk berdoa sesuai kepercayaan masing masing.

15.10 pesawat take-off dari bandara BIM, kunikmati setiap pemandangan indah yang membawaku semakin terbang tinggi. Indah sekali ciptaan Tuhan, bisikku.

Tujuan penerbangan ku adalah Jakarta, tempat baru yang pertama kali ku tuju. Hanya mengandalkan pesan Whatsapp dari buk Dessie yang memanggilku datang ke Jakarta untuk interview pekerjaan. Bahkan aku belum pernah bertemu dengan buk Dessie.

Hal yang membuatku kuat adalah, bahwa aku telah menyerahkan diriku pada Tuhan sebelum memutuskan untuk mengikuti interview ini. Apapun yang terjadi itulah kehendak Tuhan. Ku serahkan segala kekuatiran ku pada Tuhan.

Tepat jam 17.05 aku sampai di bandara Soekarno Hatta. Tentu saja aku merasa asing di tempat baru. Aku meyakinkan diriku untuk tetap tenang dan tidak boleh terlihat kebingungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline