Lihat ke Halaman Asli

Lion Andro

Mahasiswa/pelajar

Menanti Indonesia Makmur dengan Kecukupan Pangan

Diperbarui: 9 Juli 2019   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Indonesia adalah negara maritim sekaligus negara Agraris.Kata kata itu sering,yah sangat sering sekali muncul ketika kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar.Saya yang termasuk generasi 90 an, masih sering mendengar kata kata itu muncul dari Guru saya. Tapi mungkin sekarang anak anak SD sudah tidak mengenal istilah bahwa Indonesia adalah negara Agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor Pertanian.Mari kita pergi ke kota.Berapa banyak sawah yang masih tersisah.

Anak sekarang lebih suka diam dirumah,terlentang di kasur sambil bermain gadget.Berbeda dengan zaman saya,yang sepulang sekolah sudah sibuk mencari teman untuk bermain baik itu sekedar bermain di lapangan atau yang paling mengenang adalah bermain di sawah.Apalagi ketika panen.Jerami hasil selep (mesin pemisah padi dan beras) yang di ujungnya di tempeli lempung,kami buat bahan tembak-tembak an.Walaupun di zaman itu sudah ada tembak plastik,akan tetapi bermain dengan tembak dari jerami dam lempung masih sangat mengasikkan.Yahhh itu zaman dulu mungkin... 

Tapi itu semua masih terjadi di Tahun 2000 an. Belum lagi kalau cerita keseruan memancing dan bermain layangan. Betapa sepi nya langit Indonesia saat ini. Di musim ber angin ( di tahun itu pasti langit dipenuhi layangan).Realita sekarang layangan sudah punah. Lanjut ke inti permasalahan. Jika generasi muda kita terus disibukkan dengan beragam kesibukkan yang tidak menghasilkan apapun. Atau tidak mampu mengenal alam nya sendiri.Bagaimana bisa mengembangkan Indonesia,jika mereka sendiri tidak tau kondisi alam,lebih lebih kondisi sosial budaya di Negara nya sendiri. Yang terjadi sekarang sebenarnya bukan budaya Indonesia yang asli. 

Fenomena reuni besar besaran memang terjadi,akan tetapi sesudah bicara 1-10 menit sudah banyak yang sibuk dengan gadget masing masing.Atau obrolan memang bisa berlangsung lama disela sela percakapan pasti menengok ke gadget.jadi inti nya bangsa ini sedang diserang atau digoda dengan kecanggihan teknologi.Masyarakat di buat semakin manja dengan hanya memanfaatkan teknologi tanpa memikirkan inovasi teknologi ke depan jika tejadi perubahan.

Di negara negara Maju pemerintah sudah membuat suatu aturan yang membuat pembatasan ber media sosial. Peraturan yang dibuat supaya orang orang nya tidak kebablasan di medsos.

Di Indonesia pemerintah mencoba  mengendalikan arus,masyarakat yang semakin kebablasan bermedsos.Hasilnya cenderung hanya orang orang berpengasruh yang terlindungi.Sebelum makin melebar, di era kepemimpinan Jokowi pembangunan infrastruktur di genjot dengan beragam investasi baik itu dari asing maupun dari dalam negeri. Terutama di sektor Pertanian pemerintah berupaya sekuat  tenaga menciptakan swasembada pangan.Berbagai program di luncurkan pemerintah, mulai dari memberikan bantuan penyuluh ke desa desa, membangun embung untuk  irigasi,memberikan bantuan pupuk sampai mencanangkan UPSUS SIWAB. 

Berbagaai program yang di luncurkan oleh pemerintah sebetulnya sangat bagus,namun ketika bantuan dalam bentuk jadi sudah datang ke tangan SDM,bantuan tersebut tidak termanfaatkan dengan maksimal.Di lingkup dunia peternakan,ada bantuan bagi sekelompok orang yang mau membentuk suatu kelompok tani ternak.Dengan hanya membuat proposal ke dinas peternkaan setempat,satu kelompok ternak bisa mendapat bantuan ternak gratis.Memang dari dinas terkait melakukan monitoring terkait keberadaan ternak tersebut.Tapi ketika sudah sampai di tangan SDM lagi lagi,bantuan tidak dimanfaatkan secara maksimal. 

Ternak yang seharusnya dikembangbiakkan malah dijual.Ayah saya pernah membantu satu kelompok ternak,yang menginginkan bantuan kambing.Begitu datang 4o ekor kambing muda di pagi hari, siang hari langsung dijual oleh oknum tersebut. Ketika sore menjelang maghrib kepala dinas peternakan melakukan kunjungan ke lokasi peternakan yang mendapat bantuan tersebut.Ternyata Kambing sudah tidak ada.Yang saya sayangkan dari kejadian ini pertama, orang yang mendapat bantuan tidak bersyukur dan tidak bertanggungjawab terhadap bantuan yang didapat mengingat bantuan yang ia peroleh bukan semata mata hak dia sepenuhnya,itu uang negara hak seluruh masyarakat.

Terlepas dari itu setidaknya ada etika saat seseorang mendapat bantuan,yang itu harusnya didapat ketika dirumah dalam didikan orang tua maupun di sekolah dalam didikan guru.Kedua dari dinas terkait tidak memberlakukan sanksi yang tegas terhadap oknum yang menyalahgunakan bantuan tersebut.Dinas peternakan terkait harusnya memberikan semacam pelatihan manajeman ternak serta memberikan pengarahan terkait inti dari diadakannya program bantuan cuma cuma ini,yaitu menambah populasi ternak untuk kesediaan pangan di Indonesia.Yang Ketiga Dinas terkait juga seharusnya memberi semacam sosialisasi program ini,agar tidak terkesan program ini untuk kalangan tertentu saja.

Jika sosialisai di galakkan,akan terjadi kompetisi diantara orang orang yang ingin mendapat bantuan secara otomatis dinas akan meningkatkan kriteria yang berhak mendapat bantuan.Jadi bukan hanya sekedar melalui lobi politik saja,yang punya kenalan dengan orang dinas yang mendapatkan bantuan.Cerita seperti ini bukan hanya terjadi di kota saya,tetapi juga terjadi di kota kota yang lain.Mungkin anda yang membaca tulisan ini juga pernah mendengar atau bahkan mengalami cerita seperti ini. 

Ada juga larangan penyembelihan betina produktif yang mengatakan bahwa betina yang bunting d bawah 5 kali dilarang disembelih atau masuk RPH. Peraturan ini sebenarnya kontradiksi,mengingat rata rata peternak indonesia masih diambang kemiskinan.Meraka hanya beternka 2-3 ekor ternak,dan menjadikan ternak sebagai tabungan hidup.Jika tabungan mereka dilarang di uangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup,maka pelarangan betina produktif merupakan suatu bentuk pelanggaran HAM (jika peternak hanya punya 1 ekor sapi betina,dan itu masih produktif). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline