Lihat ke Halaman Asli

Lia Pram

a writer

Mengapa Pernikahan Seharusnya (Boleh) Menjadi Hal yang Privat

Diperbarui: 15 Januari 2020   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: pixabay.com

Aku pernah menjadi salah satu orang yang tidak diundang ke pernikahan teman sendiri.

Sebenarnya tidak hanya aku, sih. Nyaris seluruhnya yang ada di lingkaran pertemanan kami tidak diundang.

Jengkel? Iya. Kecewa? Jelas.

Aku tidak bisa berhenti menduga, "Mengapa tidak ada undangan? Apakah aku pernah berbuat salah sehingga masuk kategori tidak layak undang?"

Aku memang tidak terlalu akrab dengan temanku yang “menikah diam-diam” ini. Tetapi, pikirku saat itu, “Apa salahnya, sih, mengundang teman-teman sendiri ke pernikahan sebagai salah satu bentuk... bentuk... bentuk apa, ya? Apresiasi? Apresiasi terhadap pertemana kita selama ini?”

Lucu, ya? Sewaktu aku mencoba mencari-cari alasan mengapa aku berhak mendapat undangannya, alasan yang dicari malah semakin tidak ketemu. Mungkinkah karena dulu aku sempat naksir padanya, jadi ketika tidak mendapat undangan rasanya seperti... seperti... ya, seperti itu!

Susah mendeskripsikannya, hehehe... tapi yang jelas memang sempat ada perasaan kecewa yang menggelayut selama beberapa hari pasca aku mendengar kabar bahwa ia sudah menikah.

Aku yang saat itu masih tidak habis pikir dengan tindakannya yang tidak mengundang teman-temannya kemudian curhat ke salah seorang temanku (yang juga tidak diundang).

Jawaban temanku yang satu ini begitu mengejutkan, “Aku pun kalau nikah nanti malah penginnya enggak ngundang siapa-siapa.”

Aku terdiam. Kenapa? Apakah sebegitu tidak berharganya kehadiran orang lain untuk ikut berbahagia bersamamu? Bukankah pernikahan adalah salah satu momen paling bahagia dalam hidup manusia yang semua orang harus tahu, ikut bergembira, dan merayakannya?

Mungkin karena temanku itu menangkap raut wajahku yang kebingungan dan protes, ia buru-buru menjelaskan, “Karena aku enggak mau repot.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline