Lihat ke Halaman Asli

Trisno Utomo

TERVERIFIKASI

Musim Pancaroba : Waspadai Puting Beliung dan Serangan Penyakit

Diperbarui: 4 April 2017   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Angin puting beliung (Foto : Kompas.com)"][/caption]

Kini, musim kemarau yang panjang memasuki masa akhirnya, dan tibalah musim peralihan antara kemarau dan musim hujan yang dikenal dengan istilah musim pancaroba. Musim kemarau pada tahun 2015 ini terasa panjang dan panas, yang penjelasan secara ilmiahnya dipengaruhi oleh “El Nino”.

El Nino adalah fenomena meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya. El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, sehingga menimbulkan kemarau panjang dan kekeringan. Kebakaran (pembakaran) hutan terjadi di mana-mana.

Sesuai siklus musim di Indonesia, musim kemarau terjadi antara April sd September. Mestinya, sekarang ini kita berada pada peralihan antara musim kemarau dan musim penghujan yang biasa disebut musim pancaroba (antara bulan Oktober sd Desember). Lebih khusus lagi dalam pranata mangsa yang dikenal di Jawa disebut sebagai “mangsa labuh” (catatan : kalau antara musim penghujan ke musim kemarau disebut “mangsa mareng”).

Ciri-ciri musim pancaroba adalah udara terasa panas, arah angin tidak teratur, dan kadang turun hujan yang terjadi dalam waktu singkat dan sangat lebat. Parahnya, hujan tersebut sering disertai angin kencang, badai, dan gelegarnya guruh. Angin kencang dan badai tersebut kadang berbentuk angin “puting beliung”. Angin ini dapat menyebabkan tumbangnya pepohonan dan kerusakan parah pada bangunan di daerah yang dilalui.

[caption caption="Kerusakan yang ditimbulkan oleh angin puting bliung (Foto : Kompas.com)"]

[/caption]

Puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60-90 km/jam, berlangsung antara 5-10 menit, yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan sangat besar dalam area skala sangat lokal di bawah atau di sekitar awan Cumulonimbus (Cb).

Puting beliung merupakan dampak ikutan awan Cumulonimbus (Cb), tetapi tidak semua pertumbuhan awan Cb akan menimbulkan angin puting beliung. Pusarannya mirip belalai gajah/selang vacuum cleaner. Terjadi secara tiba-tiba pada area skala yang sangat lokal. Lebih sering terjadi pada siang hari dan di daerah dataran rendah. Sayangnya, kehadirannya belum dapat diprediksi.

Namun, ada tanda-tanda yang dapat diamati dan dirasakan sebagai gejala awal terjadinya puting beliung. Udara terasa panas dan gerah (sumuk), di langit terjadi pertumbuhan awan Cumulus (awan putih bergerombol dan berlapis-lapis). Diantara awan tersebut, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepi sangat jelas, berwarna abu-abu, menjulang tinggi, yang secara visual seperti bunga kol.

Kemudian awan tiba-tiba berubah warna dari putih menjadi hitam pekat (awan Cumulonimbus). Pepohonan bergoyang cepat karena tertiup angin yang terasa sangat dingin. Jika fenomena ini terjadi, kemungkinan besar kehadiran hujan disertai angin kencang sudah menjelang. Durasi fase pembentukan awan, hingga fase awan punah berlangsung paling lama sekitar 1 jam. Oleh karena itulah, masyarakat harus waspada selama periode ini.

Selain puting beliung, peralihan dari cuaca panas ke hujan biasa disertai dengan udara lembab yang dapat menyebabkan berkembangnya organisme penyebab penyakit, seperti jamur, bakteri dan virus. Frekuensi orang yang menderita penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) seperti pilek atau batuk, akan meningkat. Selain itu, juga penyakit-penyakit khas negara tropis, seperti demam berdarah, malaria diare, tifus dan paratifus, tubercholosis (TBC), lepra, kaki gajah, dan bahkan hepatitis A.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline