Lihat ke Halaman Asli

Petani Tua dan Angin

Diperbarui: 3 September 2022   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin petang hari ( ill. Pexel) 

Sehelai daun kemiri melayang ditiup bayu petang

Hinggap di topi lusuh petani tua

Angin tidak bersalah, angin tidak membenci yang sedang tumbuh
Angin diutus menghidupi nyawa
Menafasi pohon, rumput, dan bunga bersemi di lereng pegunungan tak berbatu
Angin adalah padanan geliat waktu ketika gerbang sejarah dimulai
Angin...
Petani tua  menatap daun jambu hinggap di emperan pondok
Angin mengelus leher berpeluh sekujur
Angin petang menyembuhkan luka gores kenangan
Angin melambai lembut membius hati
Oh angin... Petani tua berkeluh ingat si anak berkembara jauh

Titip pesanku pada dia entah di mana, atau mungkin telah mati

Katakan aku telah dirundung renta di lembah sunyi

Sehelai daun kemiri lagi melayang hinggap di atas topi lusuh

Petani tua menatap angin dengan hati

Hanya pada angin pesan rindu ini tersampaikan

Seperti kemarin dan seperti kemarin dulu

Angin petang mendayu   hati makin sunyi

Cahya mentari telah menyatu berpeluk muram senjakala

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline