Lihat ke Halaman Asli

Kang Chons

Seorang perencana dan penulis

Jalan Terjal Menuju Eksportir Ikan Hias Nomor Wahid

Diperbarui: 15 Februari 2021   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Indonesia merupakan negara yang dijuluki sebagai megabiodiversity, menyebabkan negara kepulauan ini memiliki potensi sumber daya ikan yang melimpah, termasuk ikan hias. Ada lebih dari 600 jenis ikan hias (tawar dan laut) yang konon ada di Indonesia dan hanya beberapa spesies yang berhasil dibudidayakan di dalam negeri.

Berangkat dari gambaran potensi tersebut, tahun lalu Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berambisi untuk menjadi produsen sekaligus eksportir ikan hias nomor wahid di dunia. Tidak salah jika KKP menargetkan hal itu, jika berangkat dari  daya saing sumber daya yang ada. Syaratnya tentu tidak hanya larut dalam bayang bayang potensi semata, namun mesti dioptimalkan menjadi sumber ekonomi.

Menteri KP, Sakti Wahyu Trenggono dalam ulasan opininya di detik.com beberapa waktu lalu mengisyaratkan pentingnya mendorong kepentingan ekonomi dan lingkungan secara seimbang. 

Saya sepakat, terlebih berkali kali saya sering sampaikan di beberapa artikel bahwa kesalahan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan adalah karena selama ini kita seringkali mengabaikan prinsip "equality of dimension" yakni ekologi, ekonomi dan sosial. Menteri Trenggono mengistilahkan dalam ulasannya sebagai " economic, nature and people.

*Ekonomi Ikan Hias*

Merujuk data yang dirillis oleh International Trade Center/ITC (2020), tahun 2019 RI hanya bertengger diposisi ke empat sebagai eksportir ikan hias dunia dengan supply share sebesar 7,69% dari total ekspor dunia yang mencapai 349,57 juta US dollar. Sementara di atasnya ada Spanyol (10,36%),  Jepang (10,35%) dan Singapura (11,42%).

Tahun 2019, RI mencatat nilai ekonomi sebesar 30,27 juta US dollar, turun sebesar 6,06% dibanding tahun 2018 yang mencapai 32,23 juta US dollar. Meski kalah dengan Singapura, tapi selama kurun waktu 5 tahun (2015 - 2019) RI mencatat pertumbuhan ekspor ikan hias tertinggi yakni sebesar 12,02%. 

Sedangkan Singapura dan Spanyol justru mencatat pertumbuhan negatif masing-masing minus 6,58% dan minus 2,74%. Tingginya nilai ekspor Singapura disinyalir salah satunya disebabkan negera tersebut menjadi transit tujuan ekspor termasuk dari RI. 

Proses tata niaga ekspor yang tidak direct, namun mesti transit di Singapura, menyebabkan Singapura meraup nilai tambah ekonomi yang besar. Sementara RI kehilangan nilai tambah akibat in-efisiensi sistem logistik. Ini tentu menjadi PR besar yang mesti segera dituntaskan.

Melihat potensi yang besar, namun disisi lain supply share masih kecil tentu menjadi ironis ditengah ambisi menjadikan RI sebagai "the biggest exporter" ikan hias dunia. Saya kira ini ulasan kunci yang harus ditangkap lewat strategi yang adaptif dan terukur.

*Daya Saing RI masih Rendah, sebuah PR besar*

Sebelumnya saya sampaikan bahwa ulasan ini hanya berbasis pada data dan informasi pasar secara umum, sementara variabel lainnya belum menjadi fokus analisis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline