Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Tiow Pu Chi, Papa

Diperbarui: 20 April 2020   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Tiow Pu Chi, Pa

Toko kelontong itu terletak di ujung perumahan. Letaknya strategis. Berbatasan dengan perumahan dan perkampungan di seberang sana. Sebutlah toko itu terbesar di wilayah sini.

Pemilik toko tak lain seorang pria keturunan setengah baya. Dia kurus, tinggi, dan tampan. Layaklah Ryan Wong disejajarkan dengan Ayah Calvin. Ayah Calvin dan Ryan adalah segelintir penghuni kompleks berdarah keturunan.

Pagi adalah prime time. Orang-orang tumpah ruah ke toko itu. Mereka membeli sesuatu sembari mengabarkan breaking news. Ternyata mayoritas penghuni kompleks penggosip ulung. Breaking news adalah hal favorit mereka. 

Jadwal pasar malam, berita si A akan menikah, si B yang akan melahirkan, dan si C yang diisukan menikah karena kecelakaan. Jarum patah sekalipun dapat menyebar secepat pandemi virus Corona. Makin negatif beritanya, makin hot pembahasannya. Orang-orang cenderung lebih mudah menyerap hal negatif.

Toko bercat biru pucat itu menjual semua barang keperluan rumah. Penataannya rapi, isinya pun lengkap. Sebutkan apa pun barang yang kalian butuhkan, maka pemilik toko akan mengambilkannya dengan senang hati. Prinsip toko itu adalah memenuhi kebutuhan warga perumahan dan sekitarnya.

Di hari-hari tertentu, si pemilik toko menggratiskan barang jualannya. Penghuni kompleks tak sabar menanti Imlek dan Waisak. Di situlah uang belanja mereka bisa sedikit dikurangi. Ia pun royal pada anak-anak. Sering mereka diberinya permen, coklat, dan biskuit. Silvi jadi salah satu anak yang beruntung itu.

Ke sanalah Bunda Manda pagi ini. Ia mengayun langkah sambil bersenandung kecil. Tanpa sepengetahuannya, Ayah Calvin lekat mengekori. Memanfaatkan Bunda Manda yang kurang observant. Kesempatan dalam kesempitan, mungkin begitulah kira-kira.

Hatinya dirayapi waswas ketika bangunan toko menjulang di depan mata. Iris matanya menangkap kerumunan geng penggosip ulung. Berdiri berjajar di depan etalase. Bibir dan tangan mereka bergerak sama cepatnya. Tangan memilih-milih barang, bibir mendengungkan breaking news.

"Sssttt...udah dengar belum?" bisik seorang ibu yang badannya paling gemuk.

"Katanya, pak RW mau berhenti kasih keranjang solidaritas buat Bu Manda."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline