Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Tubuh Membeku Itu Tak Terlepas

Diperbarui: 7 Agustus 2018   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bunga terakhir

Kupersembahkan kepada yang terindah

Sebagai satu tanda cinta untuknya

Bunga terakhir

Menjadi satu kenangan yang tersimpan

Takkan pernah hilang tuk selamanya (Afgan-Bunga Terakhir).

**    

Sebuket lily putih di tangan Evita bergetar. Hujan kristal bening jatuh dari mata indahnya. Ia tertunduk dalam, berusaha agar air matanya tidak menjatuhi kelopak bunga. Sudah cukup kelopak-kelopak bunga itu ternoda darah. Jangan ternoda lagi oleh air mata.

Wanita cantik yang pernah membaktikan hidupnya untuk merawat orang sakit itu menatap nanar tetesan merah yang mengotori putihnya bunga lily. Itu darah suami super tampannya. Darah yang ia sesali.

"Calvin...aku janji, aku janji padamu. Takkan kubiarkan lagi darah mengalir di hidungmu. Aku janji, takkan membiarkanmu kesakitan lagi."

Evita menyeka ujung matanya. Sejurus kemudian ia bangkit, berjalan ke pintu paling ujung. Memutar handelnya, memasuki kamar bernuansa broken white itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline