Lihat ke Halaman Asli

Latifah Maurinta

TERVERIFIKASI

Penulis Novel

Tutorial SPAI, Teori 10, Nurani 0

Diperbarui: 16 Maret 2018   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ratusan mahasiswa memasuki masjid. Seorang gadis bermata biru terjebak di tengah. Ia merasa asing di tengah saudara-saudara seagamanya. Mengapa demikian?

Semua itu tak lain lantaran pengaruh diskriminasi, perbedaan paham, dan fanatisme. Tentu saja si gadis cantik bermata biru merasa terasing. Di tengah gelombang ratusan mahasiswa lelaki dan perempuan, di tengah panitia penyelenggara kegiatan akademik yang mengatasnamakan agama dan nilai sebuah mata kuliah umum, fanatisme seakan menjadi penguasa tunggal.

Kalian tahu siapa gadis bermata biru? Tak lain Young Lady. Young Lady cantik yang terjebak di tengah-tengah kumpulan mahasiswa Muslim fanatik.

Ya, sebuah penilaian yang berani. Namun begitulah kenyataannya. Jika bukan karena kewajiban untuk memenuhi syarat kelulusan MKDU, Young Lady takkan mau menghabiskan satu setengah jam di tengah-tengah mereka.

Terkesan terlalu jujur dan to the point. Maafkan bila menyinggung perasaan para fanatik Muslim yang bergerak di lembaga pendidikan tinggi. Saatnya Young Lady mengungkap sistem konservatif yang mengakar kuat beraroma fanatisme.

Di kampus tempat Young Lady melanjutkan studi, terdapat kegiatan akademik yang dinamakan Tutorial spai (Seminar Pendidikan Agama Islam). Format kegiatan itu...well, katakanlah semacam kuliah umum atau diskusi. Melibatkan mahasiswa tingkat tiga, setara semester 5 dan 6.

Panitia kegiatan akademik tersebut, tak lain segelintir mahasiswa yang dinamakan Pengurus Tutorial. Mereka ini pulalah yang akan memberi nilai akhir dan menyerahkan hasilnya pada dosen. Dalam bayangan Young Lady, mereka seperti Malaikat Atid, malaikat pencatat amal buruk, yang menduplikasi diri menjadi puluhan, dan menyebar di sekeliling mahasiswa lainnya.

Walaupun sudah pernah beberapa kali "dizhalimi", namun Young Lady mencoba memberi pandangan adil. Anggaplah mereka sebagai mahasiswa-mahasiswa terpilih yang paham agama. Setidaknya, pemahaman agama mereka jauh lebih dalam dan wawasan keagamaan mereka lebih luas dari kebanyakan mahasiswa lainnya.

Sayangnya, pemahaman agama tak diimbangi dengan praktik yang luhur dan nyata. Ilmunya hanya sampai pada teori. Tidak diaplikasikan. Tidak ada outputnya yang teraplikasi dalam penyelenggaraan kegiatan akademik di bawah tanggung jawab mereka.

Lihat saja. Aturan-aturan yang diberlakukan selama kegiatan terlalu ketat dan dipaksakan. Misalnya, mahasiswa dilarang memakai jeans dan kaus. Tidakkah aturan ini terlalu dipaksakan? Menyangkut kebebasan berpakaian, dan tidak melihat kondisi mahasiswa secara keseluruhan. Bagaimana bila ada mahasiswa yang tidak bisa memenuhi aturan itu karena keterbatasan pakaian yang dimilikinya?

Lalu, ada aturan ketika izin keluar di tengah kegiatan, harus meninggalkan kartu mahasiswa. Kartu mahasiswa dianggap sebagai jaminan, penahan agar individu yang bersangkutan tidak kabur. Layaknya dalam sebuah penjara. Narapidana yang izin keluar dengan alasan-alasan urgen harus ada jaminannya. Tidakkah menahan kartu mahasiswa dan menganggapnya sebagai jaminan itu berlebihan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline