Lihat ke Halaman Asli

Laily Nur Safina

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Pancasila Sebagai Alat Membangun Karakter Generasi Z di Era Modern

Diperbarui: 18 Oktober 2025   08:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Latar Belakang, Pada era modern saat ini, masyarakat Indonesia belum mencerminkan karakter yang diajarkan Pancasila. Masyarakat masih lalai dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila bisa saja dilupakan oleh masyakarat karena kurangnya pendidikan mengenai Pancasila. Pendidikan Pancasila perlu ditingkatkan supaya masyarakat bisa mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan menumbuhkan karakter diri dengan baik. Karakter yang tidak mencerminkan Pancasila di era modern adalah kurangnya sopan santun, kedisiplinan diri, dan pemahaman mengenai nilai-nilai moral Pancasila yang masih lemah. Pada era modern ini, gen-Z seringkali melakukan suatu hal yang bertentangan dengan Pancasila. Masalah yang baru-baru ini terjadi adalah pemecatan generasi Z di sebuah perusahaan dalam jumlah banyak. Pemecatan terjadi karena generasi Z belum memiliki keterampilan dan  belum memahami bagaimana etika dalam bekerja. Selain itu, gen-Z mudah terpengaruh dengan budaya asing. Contohnya dalam bertindak, berpakaian hingga penggunaan produk luar negeri daripada produk lokal. Masuknya budaya asing di Indonesia menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi dengan memiliki karakter yang baik.

Pancasila tidak hanya mengajarkan kita tentang hak dan kewajiban bernegara, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral tersebutlah yang bisa membangun karakter dan menguatkan iman dalam menghadapi era modern. Pancasila sudah ada sejak tahun 1945 dan masih relevan sampai saat ini, tetapi masih kurang dalam penguatan pendidikan Pancasila. Selain menjadi dasar negara, Pancasila juga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini penting untuk dibahas, agar masyarakat Indonesia khususnya gen-Z memiliki karakter baik dan iman yang kuat dalam menghadapi era modern.

Isi/Argumen Utama, Pancasila memiliki makna panca berarti lima, sedangkan sila berarti asas, dasar, peraturan mengenai tingkah laku yang baik. Dengan demikian, Pancasila merupakan dasar negara yang berisi pedoman atau aturan dalam berperilaku. Pancasila dapat kita artikan sebagai lima dasar negara. Suatu negara harus memiliki dasar negara yang kuat, agar negara tersebut dapat berdiri tegak. Keberadaan dasar negara menjadi sangat penting untuk suatu negara, agar memiliki arah dan tujuan yang jelas. Dasar negara diperlukan untuk menghadapi permasalahan yang mungkin terjadi baik dari dalam maupun luar (Nurhayati & Ambari, 2020).

Dalam menghadapi permasalahan dari dalam maupun luar, kita harus membangun karakter sesuai dasar negara yang berlaku. Dasar negara mengatur cara kita dalam menyikapi masalah. Permasalahan yang sering terjadi di Indonesia adalah pembulian yang dilakukan oleh gen-z. Pembulian ada karena kurangnya penerapan nilai-nilai Pancasila kepada gen-z. Pembulian terjadi biasanya karena perbedaan pendapat, warna kulit, agama, dan budaya. Perbedaan tersebutlah yang akhirnya melahirkan Pancasila sebagai peraturan ataupun pedoman dalam berkehidupan bermasyarakat. Indonesia memiliki perbedaan yang beragam, seperti ras, suku, budaya, agama, pakaian adat, dan bahasa daerah.

Faktor-faktor yang menyebabkan melemahnya karakter Pancasila pada generasi Z, salah satunya adalah budaya. Generasi z dipengaruhi oleh budaya asing dan menganggapnya keren. Pada akhirnya mereka mulai mengikuti dan meniru budaya tersebut, tanpa disadari hal itu bertentangan dengan nilai moral yang ada di masyarakat. Generasi Z akan melakukan hal tersebut secara  terus-menerus. Mereka percaya bahwa masyarakat modern memberikan kebebasan dalam berekspresi, tetapi generasi Z salah mengartikan tentang kebebasan berekspresi tersebut (Yusnita et al., 2024).  Mengapa budaya asing begitu cepat memengaruhi generasi Z? Karena salah satu perkembangan yang paling maju di era modern ini adalah teknologi.

Sebagai makhluk sosial, manusia umumnya membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Akan tetapi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk bersikap individualis. Masyarakat lebih bergantung kepada teknologi ketimbang berinteraksi dengan orang lain. Kemajuan globalisasi dan teknologi dapat memberikan dampak negatif jika tidak digunakan dengan baik. Sebaliknya, teknologi dapat memberikan dampak positif jika digunakan dengan berpedoman pada nilai-nilai Pancasila (Silaban et al., 2025). Perkembangan teknologi juga menjadi pemicu generasi Z dalam bersikap. Pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam membangun karakter manusia untuk menghadapi era modern ini. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila tetapi sering diabaikan adalah sebagai berikut.

Ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki makna Ketuhanan, yaitu bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Akan tetapi, generasi Z bersikap tidak perduli dengan nilai Ketuhanan tersebut. Contohnya, saat Adzan berkumandang tidak langsung melaksanakan sholat, tetapi masih sibuk dengan dunia mayanya (Shakila et al., 2022).

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap, menunjukkan agar negara dapat menjunjung tinggi martabat manusia. Nilai yang terkandung adalah nilai kemanusiaan. Masyarakat Indonesia diharapkan untuk bersikap adil tanpa membeda-bedakan orang lain. Masyarakat Indonesia juga ditekankan untuk bersikap sopan dan saling menyayangi diri sendiri, lingkungan, dan antar sesama manusia (Regiani & Dewi, 2021).

Persatuan Indonesia, merupakan nilai yang mencerminkan Indonesia yang penuh keberagaman, seperti suku, adat istiadat, ras, jenis kelamin dan lain, sehingga membutuhkan landasan untuk mempersatukan satu dengan yang lainnya. Didukungnya pengetahuan kebangsaan di sekolah menjadikan masyarakat memliki sikap toleransi antar sesama. Adanya sikap toleransi menjauhkan suatu hal dari perpecahan. Dengan akses komunikasi yang luas dapat juga memperluas relasi. Nilai ini dapat menjadikan individu mengerti mengenai toleransi dan saling menghargai perbedaan, agar tidak terjadi perpecahan (Wijayanti et al., 2022).

Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, bermakna bahwa kita sebagai warga negara harus melakukan musyawarah dalam setiap permasalahan tidak langsung menghakimi. Biasanya generasi Z mudah emosi setiap ada masalah karena kurangnya musyawarah di dalamnya.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sila kelima ini bermakna bahwa keadilan harus ditegakkan untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline