Lihat ke Halaman Asli

kusumaning dewi

Sekedarnya saja

Pohon adalah Penjaga Air Paling Setia

Diperbarui: 4 September 2019   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ditulis untuk blog competition Aku dan Air dengan subtema: Menabung Air Hujan memanen Manfaat

Jika dilihat dari subtema yang ingin diangkat mungkin bayangan paling mudah menampung air hujan adalah dengan menggunakan ember besar, lebih besar dan lebih besar lagi, sampai yang paling besar yaitu bendungan. Namun demikian, ada hal yang memang tak terlihat dan tak disadari oleh banyak orang apalagi yang tinggal di perkotaan bahwa penampung air hujan paling ramah adalah pepohonan. Akar-akar pohon yang besar mampu menjernihkan dan menampung air dengan jumlah tertentu yang memang sulit untuk diukur, tapi amati saja banyak sumber-sumber mata air yang mnucul selalu dikelilingi oleh pohon-pohon besar. 

Ketiadaan pengetahuan akan hal ini membuat banyak orang berfikir bahwa ketika dia menanam pohon dia hanya berpikir tentang kerindangan daun atau panen buahnya saja sedangkan fungsi lain sebagai penampung air tidak diperhatikan. Hal ini membuat orang-perorangan mudah saja menebang pohon yang tumbuh di pekarangannya. Permasalahan lain adalah kurangnya lahan kosong untuk menanam pohon. Namun, hal ini tak lain dan tak bukan karena memang adanya ketidaktahuan akan pentingnya sebuah pohon.

Dilandasi oleh latar belakang tersebut, maka menabung air hujan dengan menggalakkan lagi penanaman pepohonan adalah hal mutlak, tidak perlu jauh mengharapkan orang-orang di hulu tidak menebang pohonnya sehingga di hilir hanya kebagian banjir dan kekeringan melanda, mulailah dengan diri sendiri. Misalkan, meski bagaimanapun keinginan pengembang perumahan ingin memanfaatkan lahan dengan sebaik-baiknya dari bagian perumahan, kenapa tidak kita paksa dia dengan undang-undang bahwa setiap rumah wajib memiliki dua buah pohon yang rancangan layoutnya diajukan sebagai bagian dari perijinan. 

Saat ini, rumah-rumah yang dibangun pengembang hanya menyediakan lahan untuk penghuninya, tidak untuk ekosistem kawasannya. Putuskan bahwa setiap rumah harus memiliki tanah kosong kurang lebih tiga meter persegi dan harus ditanami oleh pepohonan yang akarnya mampu menyimpan air. 

Aturan ini harus tegas dibuat oleh pengambil kebijakan, tidak bisa hal ini kita serahkan kepada para pengembang, karena mereka mengejar keuntungan. Pemerintah yang harus membatasi pergerakan mereka yang merupakan konsekuensi logis dari pekerjaan. Jika semua adil diterapkan di semua lini maka pengembangpun tidak merasa dirugikan.

Saya yang tinggal di perumahan di kota Bandungpun mengalami hal yang sama, saat kekeringan begini harus menguras kocek yang lebih dalam, membeli air per 1000 liter 60 ribu rupiah. Sedihnya lagi melihat tetangga yang menebang pohon mangga satu-satunya di depan rumahnya. 

Semoga kesadaran pentingnya pepohonan sebagai penjaga air menebar luas ke seluruh perkotaan dan pencegahan dini pada lahan-lahan baru yang mulai akan dikonversi menjadi lahan perumahan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline