Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Cita Rasa Kopi Argopuro

Diperbarui: 23 September 2019   03:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biji Kopi Argopuro

Kopi Argopuro berasal dari perkebunan kopi milik rakyat di pegunungan Argopuro, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kopi ini ditanam pada ketinggian 1200 m dari permukaan laut menjadikan kopi ini beraroma sangat tajam, memiliki citarasa yang lembut seperti pisang dan gula merah.

Luas perkebunan kopi ini sekitar 1000 hektar di lereng pegunungan Argopuro dan menghasilkan kurang lebih 50 ton kopi. Wilayah perkebunan kopi ini juga tidak menunjang penanaman kopi saja melainkan juga mengajak para pendaki Gunung Argopuro untuk menjajakan kopi khas pegunungan Argopuro.

Terkadang jika ingin tahu tentang informasi kopi Argopuro akan dijelaskan oleh para petani kopi yang kebetulan sedang memanen dan diberi beberapa biji kopi untuk mereka coba saat pendakian ke Gunung Argopuro ataupun saat mereka hendak turun gunung.

Uniknya para petani di kawasan perkebunan kopi organik ini memiliki potensi mengembangkan konservasi dan edukasi dibidang pertanian organik sehingga lokasi perkebunan ini tampak asri dan tertata rapi dengan tata perkebunan yang jarang diketahui oleh masyarakat luas. 

Kopi ini melakukan proses penjemuran berkisar 22 - 40 derajat Celcius, dengan kelembapan 30 - 60%. Suhu yang terlalu tinggi dapat mengurangi citarasa kopi, mematikan embrio dalam kopi, serta memiliki tingkat keasaman tinggi pada kopi. Kelembapan yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kopi menjadi overment.

Kopi ini sudah merambah pasar di kota - kota besar seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, dan kota - kota besar lainnya bahkan tembus ke pasar Eropa dan Amerika Serikat.

Kopi Argopuro dijual dengan harga Rp.40.000 - Rp. 43.000 rupiah saja dengan berat 180 gram bahkan ada yang menjual sampai 1 kilogram dengan harga ratusan ribu rupiah. Kopi ini biasanya disajikan dengan cara tradisional begitupun dengan cara menanam Kopi Argopuro ini.

Pupuk yang digunakan juga tidak memakai pupuk kimia, melainkan memakai pupuk organik serta pupuk kandang yang telah diolah dengan baik. Kopi ini baru dipanen atau dipetik jika sudah memiliki tingkat kematangan 90% dan melakukan proses pengeringan tanpa mesin melainkan secara alami. 

Kopi Argopuro ini tidak bisa panen jika musim kemarau, karena kopi ini perlu memiliki kadar air yang cukup hingga menghasilkan buah panen. Jika musim kemarau, para petani kopi di pegunungan Argopuro, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur mencoba supaya kegagalan panen dapat terhindari.

Mereka mencoba berbagai cara dari membuat hujan buatan dan memberi air pada tanaman kopi secara cukup agar dapat menghasilkan buah panen yang terbaik. Disamping itu, para petani juga memikirkan cara mengatasi kebakaran hutan pada musim kemarau.

Saat ini para petani di pegunungan Argopuro, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur membutuhkan 30.000 hektar untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional. Mereka juga membutuhkan bantuan bibit untuk mengembangkan perkebunan kopi tersebut agar terus berkembang di sektor internasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline