Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sastra

Koki Nasi Goreng

Gagal di Community Shield dan Mengapa Liverpool Perlu Mendatangkan Pemain Baru

Diperbarui: 30 Agustus 2020   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

thisisanfield.com

Musim ini Liverpool sebaiknya tidak berharap juara selama masih mengandalkan skuad yang itu-itu aja dengan gaya permainan yang sama. Sudah terbaca oleh tim lawan. Terbukti dalam ajang Community Shield semalam Liverpool kalah dari Arsenal via adu pinalti.

Babak pertama Liverpool sama sekali tidak ada shoot on target. Padahal sudah tertinggal di menit 12 oleh gol Aubameyang. Serangan yang dibangun melempem. Kurang kreasi di lini tengah. Milner dan Wijnaldum performanya nggak banget. Terlebih Neco Williams yang turun sebagai starter menempati posisi yang ditinggalkan Trent Alexander Arnold.

Dan Jurgen Klop amat menyadari ini, sehingga disepuluh menit pertama babak kedua perubahan pun dilakukan. Milner dan Williams keluar digantikan Nabi Keita dan Minamino. Joe Gomez bergeser ke kanan, menjadi bek sayap. Fabinho yang tadinya sebagai gelandang bertahan menjadi bek tengah, tandem dengan Virgil Van Dijk. Di lini depan juga begitu, Mane melebar ke kanan, posisi yang ditinggalkannya ditempati Minamino.

Perubahan ini membuahkan hasil, serangan Liverpool lebih hidup. Arsenal dalam tekanan, tak ada kesempatan melakukan  serangan. Akhirnya Liverpool berhasil menyamakan kedudukan melalui sentuhan Minamino pada menit 73.

Sepuluh menit terakhir, sebenarnya Arsenal mencoba memberikan tekanan mengincar gol kemenangan. Tapi skor tetap imbang sampai peluit panjang berbunyi.

Ada kejadian pada masa injury time membuat saya geleng-geleng kepala. Ketika Rhian Brewster dimainkan menggantikan Wijnaldum. Tentu keputusan ini bukan untuk menambah daya gedor untuk menciptakan gol kemenangan. Murni Brewster dimasukkan untuk persiapan adu pinalti.

Mungkin saja Jurgen Klop  di Communtity Shield musim lalu trauma, yang mana Liverpool kalah dari Manchester City juga melalui adu pinalti. Satu-satunya algojo Liverpool yang gagal menjalankan tugas pada waktu itu adalah Wijnaldum. Oleh sebab, tak ingin kekalahan kemarin terulang, seolah-seolah Wijnadum yang menjadi pembawa sial, maka ditariklah ia keluar detik-detik pertandingan berakhir.

Seperti yang diketahui dua laga pra musim sebelumnya, Rhian Brewster bisa dibilang performanya gacor. Dia mencetak 3 gol dari 2 laga. Agaknya Jurgen Klop berharap tuah Brewester di babak adu pinalti.

Brewester menjadi penendang ketiga di kubu Liverpool. Ketika dia berjalan ke kotak pinalti, disorot oleh kamera, jelas sekali dari penampakan wajahnya si anak kemarin sore ini grogi. Seperti anak SD yang dipaksa oleh guru bahasa Indonesia ikut lomba pidato 17 Agustus. Dalam hati saya bilang, "Ini nggak akan gol." Dan terbukti tendangan Brewster hanya membentur mistar gawang. Arsenal diuntungkan oleh kejadian ini. Dua penendang Liverpool berikutnya sukses menjalankan tugas, begitupula Arsenal. Hingga akhirnya ditutup oleh sepakan Aubameyang mengelabui Alisson Becker.

Ini sangat disayangkan, keputusan Jurgen Klopp mempercayakan Brewester sebagai penendang pinalti bisa dibilang terlalu prematur. Dia baru juga bergabung kembali dengan Liverpool setelah sebelumnya dipinjamkan ke Swansea City. Alih-alih Brewster mengapa bukan pemain lain? Masih ada Robertson, Sadio Mane, Nabi Keita atau Virgil van Dijk. Karena keputusan pelatih sudah begitu, ya harus diterima, sekalipun juga harus dibayar mahal, Liverpool kembali gagal pulang membawa piala Community Shield.

Sejak dikalahkan Wattford Februari lalu dalam lanjutan Liga Inggris, di situlah titik awal penurunan performa Liverpool. Kemudian selanjutnya keok oleh Atletico Madrid di babak 16 besar UEFA Champions league.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline