Lihat ke Halaman Asli

Kris Banarto

TERVERIFIKASI

Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Ini 5 Sikap Karyawan dan Manajer dalam Mewujudkan Work-Life Balance

Diperbarui: 22 Juni 2021   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi work-life balance (Sumber: Envato Elements)

Penelitian dari Morgan Redwood di Inggris membuktikan bahwa perusahaan yang mendorong work-life balance, pendapatannya meningkat 20% per tahun.

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan menjadi dambaan para karyawan. Akan berakhir sia-sia jika seseorang berhasil dalam pekerjaan, namun tidak berhasil dalam kehidupan.

Pekerjaan yang banyak menyita waktu, menguras pikiran dan tenaga telah mengikis kebersamaan dengan keluarga. Secara fisik mereka ada di rumah tetapi pikirannya masih berada di tempat kerja.

Untuk menciptakan work-life balance (keseimbangan pekerjaan dengan kehidupan pribadi) dibutuhkan pemahaman dan usaha kedua belah pihak baik karyawan maupun perusahaan yang diwakili para manajer.

Survei dari perusahaan konsultan Morgan Redwood patut menjadi perhatian para pemilik bisnis, bahwa organisasi yang peduli dan mendorong terciptanya work-life balance akan meningkatkan pendapatan secara signifikan.

Suasana kerja yang nyaman berdampak pada berkembangnya kreativitas karyawan. Dan pengaruh yang positif di tempat kerja akan dibawa pulang ke rumah.

Survei Kepuasan Karyawan

Kepuasan karyawan menjadi fokus penelitian yang dilakukan oleh JobStreet.com. Dalam penelitian dengan sampel 17.623 responden, menunjukkan bahwa 73% karyawan tidak puas dengan pekerjaan yang dilakukannya.

Rupa-rupanya ketidaksesuaian pekerjaan dengan latar belakang pendidikan angkanya cukup besar yaitu sebanyak 54%. Dan hal itu berpengaruh pada 60% karyawan yang mengaku tidak memiliki jenjang karier. Ketika karyawan merasa tidak ada karier maka karyawan cenderung apatis dan enggan untuk maju.

Temuan lainnya adalah sebesar 85% karyawan mengaku tidak memiliki work-life balance. Dengan demikian karyawan menjadi kontra produktif dan tidak bahagia.

Tingginya tuntutan perusahaan mengakibatkan karyawan tidak tenang di rumah. Bahkan sebanyak 62% karyawan mengalami insomnia (gangguan tidur) karena masih memikirkan pekerjaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline