Lihat ke Halaman Asli

Kristanto Irawan Putra

Circular Economy Officer at Yayasan BINTARI

Membangun Bank Sampah yang Kuat: Dari SOP hingga Transparansi Keuangan

Diperbarui: 2 September 2025   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Narasumber dan Moderator pada Sesi #1 Pelatihan Bank Sampah FORSEPSI (Sumber: Tangkapan layar dari Laptop Mas Mate)

Isu pengelolaan sampah di Indonesia seringkali hanya dibicarakan dari sisi teknis: bagaimana memilah, mengangkut, atau mengolah. Namun, satu hal yang sering luput adalah tata kelola kelembagaan. Bank Sampah sebagai ujung tombak gerakan lingkungan berbasis masyarakat justru sangat membutuhkan sistem administrasi yang kuat agar bisa tumbuh berkelanjutan. Sebagai mitra strategis, niscaya Bank Sampah akan semakin mampu membawa Pegadaian MengEMASkan Indonesia.

Hal inilah yang diangkat dalam Pelatihan FORSEPSI Seri #1 pada Senin, 18 Agustus 2025. Kegiatan yang digelar secara daring melalui Zoom ini menghadirkan lebih dari 170 Bank Sampah binaan Pegadaian dari berbagai daerah di Indonesia, dari Kanwil I Medan, Kanwil VI Makassar hingga Kanwil XII Surabaya.

Pentingnya SOP bagi Bank Sampah

Dalam sesi pertama, peserta diajak memahami urgensi SOP (Standard Operating Procedure).
SOP menjadi semacam "mesin penggerak" yang memastikan sistem tetap berjalan meski ketua atau pengurus inti berhalangan hadir. Dengan SOP, pelayanan kepada anggota menjadi konsisten, dan alur kerja dapat dipelajari dengan mudah oleh pengurus baru maupun tamu.

Beberapa SOP penting yang disarankan antara lain:

  • SOP penerimaan dan penimbangan sampah,
  • SOP pencatatan dan penyimpanan,
  • SOP penjualan,
  • hingga SOP untuk situasi khusus seperti kunjungan narasumber

SOP tidak perlu rumit, cukup sederhana dan sesuai kebutuhan. Bahkan, flowchart dengan panah-panah bisa dipajang di sekretariat Bank Sampah agar SOP ini semakini mudah dipahami semua pihak.

Laporan Keuangan: Transparansi untuk Kepercayaan

Topik kedua yang dibahas adalah laporan keuangan. Transparansi di bidang ini adalah kunci kepercayaan dari anggota maupun mitra seperti CSR perusahaan.
Laporan keuangan yang rapi tidak hanya menunjukkan posisi kas dan saldo tabungan anggota, tetapi juga menjadi bukti pertanggungjawaban yang sah kepada mitra pembina.

Format laporan sebenarnya tidak harus rumit. Bisa dimulai dari pencatatan sederhana: pemasukan, pengeluaran, dan saldo. Bahkan, sebuah buku tulis atau Excel sederhana sudah cukup asalkan konsisten.

Contoh praktik baik datang dari beberapa Bank Sampah yang rutin menempelkan laporan bulanan di papan informasi, sehingga bisa diakses semua anggota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline