Lihat ke Halaman Asli

Gatot Nurmantyo Tegaskan Ambisi Politiknya Setelah Pensiun

Diperbarui: 3 April 2018   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi ll dokpri

Sejak setahun terakhir, Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo sering menjadi pembicaraan publik. Ia dinilai memiliki ambisi politik yang besar dan bersikap oportunis bila berhadapan dengan kekuasaan.

Gelagat dan ambisi berpolitik praktis dari jenderal bintang empat itu telah terlihat sejak dirinya masih menjadi Panglima TNU kemarin.  Ketika itu, dia mulai bermanuver politik dengan mendekati kelompok-kelompok Islam dan menjalin relasi dengan partai-partai oposisi pemerintah.

Kini, ambisi politik yang pragmatis tersebut makin jelas terlihat. Terutama sejak dirinya purna tugas dari tentara per 1 April 2018 kemarin.

Hal itu dibuktikan dengan adanya semacam video perpisahan dari Gatot Nurmantyo, karena resmi pensiun dari kedinasan TNI. Di video tersebut Gatot Nurmantyo menyatakan secara implisit bahwa dirinya sanggup menerima mandat politik bila didukung oleh partai politik.

Sebenarnya sah-sah saja seorang purnawirawan TNI berpolitik. Karena juga sangat banyak politisi yang berasal dari institusi militer.

Namun yang menjadi masalah dan patut menjadi sorotan dari kasus Gatot Nurmantyo ini adalah penyelewengan jabatannya saat masih menjadi Panglima TNI dulu. Ia secara terang-terangan menjadikan TNI sebagai kendaraan politiknya untuk meraih dukungan politik masyarakat.

Buktinya, saat aksi 212 lalu. Dia dengan mengenakan peci putih turut berorasi di hadapan demonstran. Padahal kita tahu aksi tersebut bukan murni untuk tujuan agama, melainkan disetir oleh pihak tertentu demi kepentingan politik jangka pendek.

Sejak saat itu, Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI lebih dekat dengan pihak oposisi dibanding dengan Presiden Jokowi sebagai panglima tertingginya. Manuver politik Gatot Nurmantyo itu bisa dianggap sebagai pengkhianatan panglima TNI kepada Presidennya.  

Hal tersebut tentu telah melanggar aturan dan kode etik tentara. Seorang prajurit TNI dilarang berpolitik praktis saat masih mengenakan seragam tentara. Politiknya adalah politik negara. Suatu sumpah sakral yang telah dilanggar oleh Gatot Nurmantyo.

Kini, melalui video perpisahan tersebut, tak dapat disangkal lagi bila Gatot Nurmantyo sedang menggalang opini masyarakat atas ambisi politiknya untuk mencalonkan diri dalam bursa Calon Presiden tahun depan.

Dengan video tersebut secara tegas, Gatot Nurmantyo tak malu lagi dengan sikap oportunisnya belakangan ini. Sekaligus membenarkan langkah oportunis sekaligus pragmatis yang dituduhkan kepadanya selama ini. Bahwa beberapa waktu lalu, saat masih menjadi Panglima TNI, dia memang berpolitik dengan menusuk dari belakang Presidennya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline