Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Melihat Hubungan Orang Batak dengan Beras hingga Indonesia Surganya Durian

Diperbarui: 12 Maret 2019   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: arga durian ditawarkan mulai Rp 80.000 per butir. Beberapa stan durian menjual durian dengan hitungan per kilogram. (Foto: KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO PRODJO)

Dalam budaya Batak, fungsi beras bukan sekadar makanan pokok. Tetapi, lebih dari itu, beras memiliki fungsi simbolik penting dalam kehidupan orang Batak (Toba).

Felix Tani menjelaskan, beras dalam budaya Batak tentu berakar pada fakta sawah sebagai inti budaya etnik ini. Sejak komunitas pertama terbentuk, lanjutnya, orang Batak diketahui sudah menjadi "komunitas lembah bersawah".

Dengan menggunakan beras, nasi ataupun tepung beras yang merupakan turunannya, orang Batak memanjatkan doa. Oleh karena itu, sejak awal beras sudah menjadi bahasa simbolik dalam praktik budaya Batak.

Selain penjelasan budaya Batak dengan beras, masih ada cerita menarik lainnya di Kompasiana seperti kisah perempuan pendayung sampan di Damnoen Saduak, Thailand hingga film yang sudah lama ditunggu: Captain Marvel. Berikut 5 artikel populer di Kompasiana selama sepekan ini:

1. Bagi Orang Batak, Beras Bukan Sekadar Makanan Pokok

Felix Tani melihat desa-desa asli Batak sekeliling Danau Toba merupakan desa lembah dengan ekologi persawahan. Ada hamparan sawah, sungai dan "tali air" (saluran irigasi tradisional) yang bermuara ke Danau Toba, dan perkampungan dengan pagar bambu hidup di tengahnya.

Oleh karena itu Felix Tani beranggapan, bagi orang Batak (Toba) fungsi beras bukan sekadar makanan pokok.

"Lebih dari itu, beras memiliki fungsi simbolik penting dalam budaya Batak," lanjutnya.

Dalam kehidupan orang Batak ada isitilah boras si pir ni tondi yang artinya beras penguat jiwa. Karena makna simboliknya menunjuk pada suatu doa pengharapan akan kebaikan, maka pemberian boras si pir ni tondi tidak boleh sembarang.

"Ada aturannya. Harus dilakikan oleh pihak yang menyandang  status sosial-adat yang lebih "tinggi" (karena ditinggikan secara adat)," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2, Sampah, antara Musuh atau Sahabat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline