Kapan terakhir kali Kompasianer ke toko buku? Beli buku apa saja di sana? Atau, justru mendapat barang lain yang juga dijual di toko buku?
Beberapa waktu terakhir sering sekali kita mendengar toko buku-toko buku menutup gerainya.
Ada rasa sedih, karena tidak sedikit setiap toko buku tersebut meninggalkan kenangan dan nostalgia tersendiri.
Toko buku bukan lagi sekadar mencari dan membeli buku, pada akhirnya, tetapi tempat yang tenang dan sepi dari segala aktivitas yang mungkin sudah mengurai waktu dan pikirian.
Kita dan toko buku seperti ada ikatan batin.
Adakah toko buku favorit Kompasianer? Apa yang membuat Kompasianer selalu ingin datang kembali ke sana? Apakah ada "kegiatan lain" di toko buku tersebut seperti tempat nongkrong maupun kegiatan kesusastraan lainnya?
Apakah ada toko buku yang dulu sering Kompasianer kunjungi dan kini sudah tidak beroperasi lagi? Menurut Kompasianer mengapa itu bisa terjadi?
Benarkah minat baca kita masih rendah sehingga itu berbading lurus dengan minat beli kita terhadap buku? Atau, itu tidak terkait sama sekali?
Coba, dong, ceritakan bagaimana kenangan Kompasianer dengan toko buku. Tidak hanya itu, seperti apa kondisi toko buku di daerah Kompasianer? Adakah hal menarik dari toko buku tersebut yang bisa diceritakan?
Silakan tambah label Toko Buku Tutup (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibaut.