Lihat ke Halaman Asli

de Gegan

LAbuan Bajo | Petani Rempah

Sebagai Petani Cengkeh, Saya Keberatan Jika Harga Rokok Naik!

Diperbarui: 10 September 2019   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Rokok Kretek (foto manfaatrokok.wordpress.com)

Dalam sepekan ini isu kenaikan harga rokok mencuat kepermukaan. Ada yang mendukung tapi juga ada yang menolak rencana ini.

Tapi menurut saya kenaikan harga rokok ini perlu dikaji secara serius dengan mempertimbangankan nasib petani tembakau dan cengkeh, nasib buruh pekerja di industri rokok sampai masalah kesehatan serta pemasukan untuk Negara.

Awal kehebohan dijagat maya terkait isu kenaikan harga rokok ini sebenarnya dipicu oleh penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Ekonomi dan Kesehatan, FKM UI, yang dalam penelitiannya telah mendorong kenaikan harga rokok secara eksesif.

Isu kenaikan cukai dan harga rokok ini makin melebar, tapi saya ingin pemerintah harus bersikap hati-hati dalam membuat kebijakan soal rokok. Dengan menegaskan bahwa persoalan rokok jangan hanya dilihat dari sisi kesehatan fisik saja, melainkan juga menilik faktor lain yang proporsinya tidak kalah penting.

Selain itu, adapula aspek industri yang harus diperhatikan serius. Dibawah industri rokok ada yang namanya petani tembakau dan petani cengkeh, pedagang, perantara dan sebagainya. Mata rantai inilah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah.

Bagi saya sendiri yang nota bene berstatus sebagai petani cengkeh, dengan ini merasa sangat keberatan dengan rencana kenaikan tersebut. Isu kenaikan harga rokok menjadi 50 ribu tidak hanya berdampak pada petani tembakau saja, hal tersebut juga turut mengancam petani cengkeh didaerah di seluruh Indonesia.

Untuk diketahui produksi cengkeh dalam negeri berkisar antar 110 ribu ton pertahun. Dari jumlah tersebut 93 porsen diserap oleh industri rokok sebagai bahan baku campuran tembakau.

Dengan wacana kenaikan harga rokok yang ada ini, juga berdampak terhadap harga beli cengkeh dikalangan kami sebagai petani. Ambil contoh saja jika biasanya cengkeh dihargai 100 hingga 120 ribu perkilo, kini turun menjadi 75 kilo gram. 

Jika suatu saat nanti harga rokok ini benar-benar dinaikan pemerintah, maka dengan sendirinya penjualan rokok turun sehingga produksi rokok juga turun, dan berdampak pada sepinya permintaan cengkeh. Pastinya harga beli cengkeh akan terjun bebas. That's logic!

Konon berbagai jenis penelitian tentang rokok didalam negeri selama ini didanai oleh pihak asing dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena menggiring responden pada opini tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline