Lihat ke Halaman Asli

Acek Rudy

TERVERIFIKASI

Palu Gada

Berbohong itu Mudah, Bisa Atas Nama Kebaikan dan Keterpaksaan

Diperbarui: 12 Februari 2020   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: freeimages.com

Dalam kitab keyakinan kepercayaan dan kitab kang-auw khayalan, bebohong sudah pasti adalah dosa. Tidak bisa ditawar dan tidak ada pengecualian.

Kalau berdosa, ganjarannya masuk neraka. Api-nya kejam memanas membakar jiwa yang gamang berdusta.

Mari kita jujur, adakah manusia yang tidak pernah berbohong? Tidak ada manusia yang tidak berdosa, mungkin itu jawaban yang paling tepat.

"Disinilah makna berdoa dan mohon ampun.", begitu kata pemuka agama yang kebetulan tetangga.

"Tapi saya berbohong demi kebaikan loh... Kalau berkata sejujurnya, ayah saya bakal sakit jantung."

Pemuka agama darimanapun akan bingung menghadapi dilema berbohong atas nama kebaikan. Buntut buntutnya, "mari kita berdoa agar dosa diampuni."

Lupakan Iblis, abaikan malaikat... Manusia pada dasarnya terlahirkan sebagai pembohong, termasuk penulis. Jangan merepotkan Tuhan, karena manusia adalah pendosa.

*****

Lucunya, kadang manusia suka dibohongi dan lebih parah lagi, yang berbohong kadang tidak sadar bahwa dia sedang berbohong.

Konon kabarnya, beberapa kasus dapat menjadi pengecualian. "Berbohong atas nama kebaikan" atau bertemu dengan kondisi "terpaksa berbohong" adalah alasan yang paling klasik.

Ditambah lagi dengan sifat manusia yang suka memaafkan, maka kadang kebohongan bukanlah masalah, apalagi jika sudah ada bumbu rayuan gombal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline