Hancurlah-hancurlah seperti rasa yang ada dalam harapanmu. Semua fana seperti pikiran yang berubah setiap saatnya".
Jika rindu datang untuk sebuah kegaiban, rasakanlah, anggap dia ada seperti rembulan yang muncul malam ini, dengan begitu cantiknya dan gagahnya.
Buat kata-kata yang indah untuknya, supaya melihat sesuatu, yang mengaburkan jalan pikiran nakal-mu itu. Drama korea, Angling Dharma, dan kisah-kisah Gajah Mada di bumi Majapahit kuno.
Istana-isatana yang terbangun disudut sana, tanpa bekas seperti tubuhmu akan dilupakan dunia di waktu berikutnya. Menjadi tua, sakit, dan mati, seperti khayalan pertapa yang lari dari dunianya disudut negara India.
Riwayat telah hancur, hanya terekam dalam kefaan masa kini, masa lalu, dan masa depan. Kau masih berpikir itu, seperti kau berpikir ia ada dalam duniamu.
Hidup akan seperti fiksi yang kita buat di malam-malam menjelang kita tidur. Dapatkah pagi kita bercerita padanya, lagi dan lagi seperti sedia kala?
Menunggu hari esok, tanpa harapan yang menyakinkan, haruslah kita tunggu? Biarlah semua menjadi apa adanya, seperti gorengan yang tetap enak dimakan, walau katanya tidak sehat.
Persetan dengan cara ber-retorika kalian, aku percaya aku, yang ada dalam diriku, bukan kata dalam pikiranmu itu, yang bermakna agak rancu dan membuat ambigu.
Selayaknya mendung, ia tidak akan mengakui bagaimana banyaknya air hujan, yang akan dia produksi. Kau mengaku bagian dari yang lain, hanya karena ada yang kurang dari dirimu sendiri. Sepertinya sudah saja, aku tidak peduli pada pengakuan apapun dari diri mereka, bahkan juga dari dalam dirimu.
Memang serasa terbuang seperti sampah, tidak diakui, tidak dipandang, bahkan tidak dijadikan bagian dari diri mereka.