Lihat ke Halaman Asli

Perwira Meski Hidup Miskin

Diperbarui: 29 Agustus 2020   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: 1.bp.blogspot.com

"Miskin memang bukan sebuah kutukan akan nistanya hidup. Tetapi miskin adalah perkara nasib dimana setiap manusia dilahirkan berbeda-beda nasibnya".

Dalam memandang hidup meski terkadang seperti tidak adil, namun apa yang terjadi pada diri kita memanglah harus diterima.

Meski dengan segudang harapan kita hidup, yang nyatanya daya dari upaya kita hanya mampu demikian. Maka dari itu kesabaran adalah kunci.

Sebab akan seperti apa lagi jika manusia tidak sabar, mengeluh pun dengan siapa, tidak terima dengan siapa pula?

Ditambah dijaman yang serba menggiurkan keinginan ini. Dimana ada orang mudah sekali mendapat rejeki.

Bisa beli ini-itu untuk kebutuhan hidup, tetapi dengan diri kita? Apakah kita merasa berbeda? Kenyataannya hidup masih seperti-seperti ini saja?

Tetapi kahanan akan nasib hidup sebagai manusia seharusnya memang "harus" diterima. Apapun jikalau sudah nasibnya, semua adalah "milik".

Tentu sebagai manusia perkaranya hanyalah dapat menerima atau tidak sebagai sebuah nasib diri yang secara tidak langsung menjadi ketentuannya sendiri.

"Dan upaya bersyukur yang tidak pernah lelah adalah praktik yang nyata untuk manusia mengingat akan kehidupannya: bagaimana pun nasibnya. Meski jungkir balik semua adalah nasib yang diupayakan diri seutuhnya".

Mengapa saya sebut kita dalam tulisan ini? Supaya kita sama-sama mawas diri, bagaimana dengan keadaan itu sendiri yang terkadang kita tidak puas dengan hidup yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline