Lihat ke Halaman Asli

Widiyatmoko

TERVERIFIKASI

Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Akankah Pesawat Baling Baling Kian Berkurang di Angkasa?

Diperbarui: 17 Oktober 2023   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesawat Douglas DC-3 dan DC-4 (sumber: needpix.com)

Pesawat baling baling mulai dari dengan mesin piston hingga turboprop dengan berbagai jenis dan ukuran telah banyak mengukir sejarah dalam penerbangan militer dan sipil baik komersial maupun private.

Pada penerbangan sipil komersial, pesawat baling baling menggeser pillihan pelaku perjalanan lntas samudera atlantik utara dari moda transportasi laut ke udara, hal ini sangatlah wajar karena pesawat baling baling lah yang memulai penerbangan sipil komersial yaitu sejak tahun 1920.

Pesawat baling baling juga merubah berbagai peperangan dan pertempuran serta lebih khususnya lagi dalam Perang Dunia 1dan 2 dimana pesawat baling baling dapat membantu pihak militer pada medan pertempuran melalui berbagai misi mulai dari reconnaisance hingga pemboman ke instalasi yang krusial seperti depo persenjataan dan bahan bakar.

Usai Perang Dunia 2 para pabrikan pesawat mulai mengalihkan produksi pesawatnya untuk penerbangan sipil komersial seiring berkurangnya kebutuhan pesawat dari pihak militer dan sejak itu pula penerbangan sipil komersial mulai menggeliat.

Ketika itu pula lahirlah organisasi penerbangan sipil dunia yang kita kenal sekarang dengan International Civil Aviation Organization atau ICAO sebagai badan kepanjangan dari PBB untuk urusan penerbangan sipil dunia.

Dari semua itu maka dapat dikatakan pesawat baling baling lah yang mengawali dan meletakan dasar dan panduan penerbangan sipil di dunia, salah satu contohnya ada 60 minute rule yang awalnya diterapkan untuk pesawat baling baling yang harus tetap dapat terbang selama 60 menit ketika salah satu mesinnya mengalami gangguan/mati.

Aturan ini kemudian berlanjut ke pesawat dengan dua mesib jet yang kini dikenal dengan Extended Twin-Engine Operations Performance Standards (ETOPS) yang membuat pesawat tetap dapat terbang dengan hanya satu mesin terutama pada penerbangan lintas samudera.

Kemunculan mesin jet pada akhir tahun 1950 an yang kemudian melahirkan "Golden Era of Flying" di tahun 1960 an hingga 1970 menggeser popularitas pesawat baling baling dengan semakin jarangnya model baru diproduksi oleh para pabrikan, keadaan ini terus berlanjut hingga kini.

Saat ini dapat dikatakan bahwa semua maskapai terbesar tidak memiliki pesawat baling baling sama sekali dalam armadanya walaupun diantara mereka sebenarnya melayani penerbangan regional berjarak pendek yang bisa memanfaatkan pesawat baling baling.

Kita lebih sering melihat pesawat baling baling berupa pesawat kargo atau angkut militer dalam segala ukuran dan kapasitas kargonya mulai dari ringan, medium hingga berat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline