Lihat ke Halaman Asli

Adek Dwi Oktaviantina

Seorang abdi negara yang menyalurkan hobi menulis, bercerita, dan berkawan dengan seluruh lapisan manusia

Dongeng Si Kancil dan Cerita Panji (Memori Sang Nenek)

Diperbarui: 20 Oktober 2023   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kasur dan tikar dihempaskan ke lantai. setelah itu, para cucu bergerombol mengelilingi seorang wanita di tengah yang mendongeng. Wanita itu adalah nenekku. Nenekku adalah seorang pendongeng handal. 

Setelah sholat isya, kami para cucu mencari posisi terbaik saat menyimak dongeng dari nenek. Ada yang sambil memeluknya, ada yang suka mengambil jarak, dan ada yang berebut perhatian nenek. 

Hampir setiap hari, jika nenek tidak terlalu lelah, nenek mendongengkan cerita fabel Kancil dan cerita Panji yang selalu diulang tetapi kami tidak pernah merasa bosan. 

Cerita nenek bersumber dari orangtuanya, orangtuanya dari orangtuanya lagi dan alur cerita dan tokohnya tetap sama dan anonim. Saya menemukan cerita nenek sesuai transkripsi cerita rakyat yang ada di buku James Danandjaya. 

Selalu ada interupsi di tengah bercerita karena kami sangat penasaran dengan tokohnya, alurnya, dan jawaban selalu sama. Ikuti saja ceritanya, kata Nenek. 

Cerita Kancil menghadapi pak tani dan anjing peliharaan, cerita Kancil dengan gajah, cerita Kancil dengan buaya,cerita kancil dengan harimau, itu adalah cerita Kancil yang kata beliau sesuai dengan pakemnya. 

Cerita -cerita itu kami tunggu setiap malam meskipun sudah diulang lebih dari lima puluh kali. Saat itu kami tidak terlalu tertarik menonton tivi karena cerita nenek lebih menarik. 

Selain cerita Kancil, cerita kerajaan kediri dan doho juga sangat menarik. Ande ande lumut. Cerita Panji asmara bangun dan putri Chandra Kirana juga kami selalu tunggu. 

Nenek bercerita dengan kadang dengan membuat segelas teh hangat. Nenek juga memasang selimut buat kami cucunya. Akhirnya, satu persatu kami mengantuk, Ada yang bisa menyimak hingga tuntas dan seringnya kami tertidur lebih dulu sebelum cerita selesai. 

Saat itu, aku tidak menyadari jika yang kurasakan adalah sebuah kemewahan. Kemewahan untuk bercengkerama bersama saudara yang lain dan saling bercerita serta berkomunikasi meski sering  bertengkar. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline