Lihat ke Halaman Asli

Khoirul Mustofa

Mahasiswa KPI

Menyikapi Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Diperbarui: 7 Januari 2021   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Pexels/ Maxime Prancis

"Allah yang telah menjadikan malam bagi kamu supaya kamu menenteramkan diri padanya dan siang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia atas manusia; akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." 

Dilansir dari tafsir Al-Azhar beliau Hamka menjelaskan maksud surat Al-Mu'min ayat 6 bahwa Allah menganugerahkan aneka warna kemudahan bagi manusia. 

Tetapi ada juga manusia yang tidak bersyukur atas karunia Allah itu. Dia pun lalai dan lengah, bahkan ada yang durhaka. Penulis teringat akan seorang filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, dengan salah satu perkataannya yang sangat kontroversial dia mengatakan bahwa " tuhan sudah mati."

Sifat sombong tersebut berlandasan bahwa manusia sudah tidak lagi butuh tuhan, dengan akalnya manusia sudah bisa menghasilkan berbagai perangkat teknologi, yang memudahkan setiap pekerjaan. 

Memandang pemikiran itu ada di sebagian umat Islam yang sangat alergi terhadap kemajuan, dia meminta anaknya untuk tidak banyak belajar filsafat karena pada akhirnya akan menjadikan si anak anti-tuhan. Apakah hal tersebut sesuatu yang benar? Lalu bagaimana sikap kita terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini berkembang?

Akal Manusia Terbatas

Bagaimanapun tingginya manusia, tidaklah ada manusia itu yang menciptakan sendiri pengetahuan itu. Ada pendapatan-pendapatan baru hasil bebas dan selidik manusia, sehingga manusia telah terbang di udara, menyelam di lautan, terbang ke bulan. Manusia telah mendapat telepon, telegraf, televisI, listrik dan lain--lain. 

Cobalah pikirkan, bukankah semuanya itu hasil pencarian? Yaitu mencari rahasia yang tersembunyi? Tegasnya ialah bahwa sebelum manusia mengetahuinya, hukum dan dalil dari yang diselidiki itu telah ada! 

Cuma manusia belum tahu. Inilah yang menandakan bahwa kemampuan akal manusia terbatas, ia tidak bisa menciptakan hukum akan, tetapi menemukan hukum dengan proses penyelidikannya.

Sikap Umat Islam dalam Memandang Ilmu Pengetahuan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline