Lihat ke Halaman Asli

Kebebasan yang Tak Lagi Sama, 2022 Tak Berbeda dengan 2020 dan 2021

Diperbarui: 1 Februari 2022   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

flickr.com

Masih di bulan awal tahun 2022, rasa-rasanya tahun 2021 kemarin dilalui dengan sangat cepat. Perasaan ini mungkin kita rasakan setiap pergantian tahun. 

Namun apakah kita merasakan bahwa dua tahun kebelakang perasaan itu semakin tervalidasi dengan adanya pandemi sehingga satu tahun terasa lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya dan hal tersebut dirasakan oleh banyak orang. 

Tahukah kalian apa yang mebuat perasaan tersebut muncul? Kita semua akan setuju bahwa dua tahun belakang ini merubah banyak cara pandang kita terhadap banyak hal termasuk rutinitas yang kita jalani sehari-hari. Hal pertama yang akan muncul dari akar penyabab ini adalah kebebasan. 

Kita tidak sebebas seperti sebelum adanya wabah covid 19 dimana ruang lingkup kita sebagai manusia yang butuh kebebasan menjadi semakin mengecil. Serasa kembali menjadi anak kecil, semua-semua tidak boleh. 

Berkumpul dengan banyak orang tidak boleh, keluar rumah tanpa masker tidak boleh, berlama-lama di satu tempat umum tidak boleh, padahal sejatinya kita adalah makhluk sosial yang mana bersosialisasi adalah kebutuhan dasar pokok yang harus terpenuhi sebagai manusia. 

Hari-hari seperti itu akan terlalui dengan berat bagi banyak manusia walau memang ada kelompok manusia yang cenderung tidak terlalu suka bersosialisasi. Kecemasan atau rasa takut akan wabah penyakit membatasi ruang gerak manusia saat ini. 

Ada beberapa yang sudah merasakan sakitnya dan diberi berkah untuk bisa sembuh tetapi ada juga yang tidak dapat bertahan. Ada juga yang merasakan trauma kehilangan orang terdekat akibat wabah ini yang sampai sekarang masih membekas. 

Belum lagi jika kita mengingat saat-saat pandemi merajalela, membuat pemakaman penuh, tenaga medis berjatuhan, dan kericuhan jual beli masker, handsanitizer, obat-obatan yang harganya melambung tinggi. 

Kecemasan dari trauma-trauma tersebut membuat manusia ingin cepat-cepat lari dari kenyataan ini karena mereka merasakan bahwa kebebasan mereka terenggut. Sehingga secara tidak langsung alam bawah sadar kita lah yang membuat dua tahun belakangan ini menjadi begitu cepat. 

Sejatinya karena memang kita ingin ini berlalu dengan cepat secara tidak langsung yang bersumber dari harapan dan ekspektasi kita agar bisa sebebas dulu dalam menjalani rutinitas seperti sedia kala yang sedari kecil terpatri dipikiran bahwa itulah hidup normal sedangkan apa yang kita jalani saat ini adalah kehidupan yang tidak normal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline