Lihat ke Halaman Asli

Khalid Walid Djamaludin

Social Researcher

Pandemi dan Kemunculan Konflik di Berbagai Belahan Dunia

Diperbarui: 1 Februari 2021   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

2020 menjadi tahun yang pahit bagi umat manusia di dunia, di mana di tahun tersebut terdapat kemunculan sebuah wabah penyakit yang disebabkan virus mematikan, yang dinamakan Covid-19. 

Penyebaran virus tersebut hingga saat ini terus melanda dunia, di mana telah tercatat berdasarkan pantauan Coronavirus Resource Center, John Hopkins, University of Medicine (www.coronavirus.jhu.edu) terdapat sebanyak 102.974.263 jiwa (global cases) terinfeksi virus tersebut, dan sebanyak 2.228.203 jiwa meninggal dunia. Berdasarkan statistik penyebarannya di seluruh dunia, hingga saat ini masih mengalami peningkatan yang signifikan setiap harinya.

Termasuk di Indonesia, jumlah yang tercatat hingga saat ini, yakni mencapai 1.078.314 jiwa, dan jumlah kematian sebanyak 29.998 jiwa (www.coronavirus.jhu.edu). 

Berdasarkan data yang ada, Indonesia masih mengalami peningkatan signifikan per harinya. Beberapa kebijakan telah dikeluarkan pemerintah, namun hasilnya tidak memuaskan. 

Mulai dari menambah strategi pencegahan 3 M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak) yang ditambahkan dua strategi menjadi 5 M (Menjauhi kerumunan dan Mengurangi mobilitas), mengubah istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), jumlah tenaga medis yang tidak sebanding dengan jumlah pasien terinfeksi, ketidakmampuan rumah sakit untuk menampung pasien, hingga buruknya koordinasi sistem rujukan pasien. Beberapa diskresi yang kurang serasi antara pemerintah pusat dan daerah menambah rumitnya upaya mencegah penularan virus, serta kurang tegasnya pemerintah dalam menegakkan aturan.

Sementara itu, pemahaman dan kesadaran masyarakat yang masih rendah menjadi persoalan khas bagi Indonesia. Banyak ditemukan pelanggaran -- pelanggaran di ruang publik. Tidak hanya masyarakat biasa, terkadang para public figure, pejabat dan politisi juga melanggar protokol kesehatan. 

Akan tetapi, beberapa contoh masyarakat di negara maju sekalipun, seperti di Jepang dan beberapa negara di Eropa, di mana saat ini mereka telah mengalami klimaks daripada penetapan aturan lockdown yang dikeluarkan oleh pemerintah yang tidak kunjung memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat, sehingga mendorong masyarakat untuk melanggar aturan tersebut untuk alasan membutuhkan kerja untuk pemenuhan kebutuhan sehari -- hari.

Sebuah hal yang logis dari masyarakat tersebut, dan hal tersebut tidak dapat dipersoalkan. Hal tersebut merupakan implikasi daripada tidak optimalnya stimulus sosial-ekonomi dari pemerintah bagi masyarakat terdampak, dan karena tidak berangsur membaik penangananya, maka semakin membebani negara juga.

Sekelumit persoalan dunia pendidikan akibat dihantam pandemi ini juga menjadi hal yang serius untuk diatasi. Sudah pasti negara -- negara yang lemah dalam sistem pendidikan, seperti halnya di Indonesia, akan menimbulkan dampak struktural dunia pendidikan, seperti menurunnya kualitas belajar dan mengajar. 

Di Jepang, contohnya, diperlihatkan kebijakan yang unik, yakni seluruh sektor akan dibatasi kecuali kegiatan dunia pendidikan yang akan tetap berjalan. Pemerintah Jepang berdalih, anak -- anak di Jepang perlu belajar, dan perlu untuk diasah kemampuannya, karena itu penting untuk membuka sektor pendidikan dengan catatan menjalankan protokol kesehatan yang ada.

Pandemi Covid-19 ini, tidak hanya menyebabkan kelumpuhan seluruh sektor di setiap negara -- negara di dunia, tetapi perlahan menjadi penyulut timbulnya konflik lama atau konflik baru yang disebabkan oleh kelumpuhan sistem di setiap sektor -- sektor tersebut. Seperti halnya kerusuhan terburuk di Kota Delhi, India yang dipicu konflik lama berhubungan dengan keyakinan, antara penganut Hindu dan Islam, di mana menyebabkan banyak korban luka dari penganut Islam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline