Lihat ke Halaman Asli

Kemas A R Panji

Saya adalah pribadi yang biasa dipanggil Kemas Ari oleh sahabat dan teman kerja, menyukai bidang sejarah, budaya, dan Sastra, khususnya

Asal-Usul Masyarakat Tionghoa Palembang

Diperbarui: 27 Januari 2020   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah Cina, diambil dari: Anthony Reid, (1995), Witnesses to Sumatra: A Travellers Anthology. London: Oxford University Press, hlm. 244 | dok. istimewa

Masyarakat Tionghoa/Cina yang ada di Palembang umumnya asal usul mereka sama saja dengan orang-orang Tionghoa yang ada dan tersebar diseluruh nusantara. Hal ini disebabkant adanya hubungan dengan negeri Cina pada masa lampau, baik yang berupa hubungan Dagang, Politik. maupun adanya Migrasi secara besar besaran. 

Hal-hal yang mendorong terjadinya migrasi orang orang Tionghoa ke Nusantara antara lain, Pertama; sebagian besar masyarakat Tionghoa di negeri Cina bagian Selatan tidak mau mengakui pemerintahan Khubllai Khan dari bangsa Mongol (Dinasti Mancu) yang berhasil menguasal negeri Cina. Kedua; sering terjadi kerusuhan, terutama selama masa perpindahan kekuasaan Dinasti Ming ke Dinasti Manchu. Ketiga; faktor kesulitan ekonomi, kemiskinan yang di derita sebagian besar rakyat Cina, sehingga mereka berusaha untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Keempat; terjadinya Perang Candu pada tahun 1850-1860.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa terjadi migrasi orang-orang Tionghoa ke Nusantara dan Palembang khususnya, sebagai akibat sering terjadinya kerusuhan di negeri Cina yang berdampak luas. Orang-orang Tionghoa yang ada di Indonesia berasal dari berbagai kelompok suku bangsa di Negeri Cina. 

Begitu pula dengan masyarakat Tionghoa yang ada di Palembang yang berasal dari beberapa propinsi di Cina antara lain propinsi Kwantung, Fukien, dan Kanton  Orang Tionghoa yang berasal dari propinsi Kwantung adalah suku bangsa Teo-Chiu dan Hakka yang tinggal di daerah pantai selatan Cina dan daerah pedalaman Swatow bagian timur, sedangkan yang berasal dari propinsi Fukien ialah suku bangsa Hokkien, dan yang berasal dari propinsi Kanton ialah suku bangsa Kwong Fu yang tinggal di daerah sebelah barat dan selatan dari propinsi Kwantung.

Gelombang kedatangan masyarakat Tionghoa ke Indonesia waktunya tidak bersamaan, tergantung situasi perkembangan politik yang ada di negeri asal mereka maupun di daerah rantauan (Indonesia). Hal ini dapat lihat dari catatan sejarah Dinasti Ming buku 324: Ying Yai Shel Lan yang mencatat tentang suasana di Palembang dan dikutip oleh Hanafiah (1995: 102) yaitu: ....Kapal-kapal dari semua penjuru dalang kemari: pertama mereka akan mencapai muara air tawar dan kemudian memasuki P'engchia Selat Bangka). Mereka menambatkan kapa-kapal mereka ke pantai, di mana sangat banyak tiang-tiang bata di pantai; kemudian mereka mempergunakan kapal-kapal kecil untuk memasukl muara, kemudian mereka mencapai lbukota. Banyak dari penduduk dari neger1 ini adalah orang-orang dari propinsi Kwantung dan dari Chang Chou dan Chuan Chou yang melarikan diri dan sekarang tinggal di negeri itu.

Dari kutipan di atas dapatlah ditafsirkan bahwa Jalur yang dilalui oleh orang-orang Tionghoa untuk datang ke Nusantara Dan Palembang pada khususnya, melalui Jalur perdagangan (transfortasi laut) yang ada pada masa itu. Sebelum mencapai Palembang mereka transit terlebih dahulu di pulau Bangka, yang merupakan pintu gerbang menuju ke ibukota Palembang.

dok. pribadi

Kemudian terjadi migrasi orang-orang Cina/Tionghoa Nusantara secara besar-besaran mulai dari abad ke-i6 sampai pertengahan abad ke-19. Mereka yang berasal dari propinsi Fukien bagian selatan adalah suku bangsa Hokkien yang 50 % dari mereka adalah pedagang, selebihnya bekerja sebagai petani dan nelayan tergantung dimana mereka tinggal. 

Sedangkan yang berasal di propinsi Kwantung yaitu orang Hakka yang sebagian menjadi pengusaha industri kecil dan bekerja di pertambangan. Orang-orang Teo-Chiu kebanyakan bekerja sebagai petani sayur-sayuran dan menjadi kuli-kuli perkebunan di daerah daerah perkebunan. 

Orang-orang Tionghoa (Teo Chiu) di Palembang dikenai dengan panggilan "Cina Kebon" hal ini sesuai dengan pekerjaan yang ditekuni oleh sebagian besar orang-orang Chiu dan latar belakang sejarah mereka yang pada mulanya didatangkan sebagai petani perkebunan di Sumatera Timur.

Orang-arang Kwong Fu di pulau Jawa lebih dari 40% menjadi pengusaha dan pemiiik industri kecii. dan perusahaan dagang hasii bumi. Di pulau Bangka mereka sebagai pekerja tambang, sedangkan di Palembang mereka bekerja sebagai tukang di perindustrian, dan mereka yang tinggal di rakit disebut dengan "Cina Rakit".

tua-tradisionil.blogspot.com

Bermigrasinya orang-orang Tionghoa ke Nusantara (Palembang) berhubungan erat dengan jalur pelayaran tradisionai yang sangat tergantung pada hembusan angin muson, dan menurut Van Leur bahwa jalur pelayaran atau perdagangm Selain berdampak terhadap perdagangan (perekonomian) juga berdampak terhadap kondisi sosial, budaya dan agama.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline